KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pakar IT dan Keamanan Siber Pratama Persada menyebutkan bahwa manipulasi data yang terjadi di industri hotel biasanya dilakukan pelaku melalui aplikasi Google Maps. Pratama menyatakan informasi yang terdapat di Google Maps sendiri adalah informasi yang diperoleh oleh Google sendiri atau ditambahkan oleh penggunanya. Informasi yang terdapat di Google Maps tersebut juga dapat diedit jika pengguna menemukan kesalahan informasi didalamnya, seperti nama, alamat, lokasi, jam operasional, dan lainnya. Hal inilah yang coba dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan dengan menambahkan informasi lain seperti menambahkan nomor telpon milik penipu di bagian alamat seperti yang sedang ramai terjadi saat ini.
Baca Juga: Manipulasi Data Google Business Menyerang Industri Hotel, Ini Kata Pengamat Teknologi "Saat ini memang sedang banyak terjadi fenomena mengubah informasi di Google Business dengan merubah atau menambahkan nomor kontak palsu untuk berusaha menipu calon korban supaya menghubungi nomor yang ditulis tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh pelaku melalui aplikasi Google Maps," paparnya kepada Kontan, Jumat (16/8). Ia melanjutkan, pada saat melakukan penyaranan edit sebuah informasi di Google Maps memang saran tersebut akan direview terlebih dahulu oleh tim Google sebelum disetujui, dan kita akan menerima konfirmasi melalui email jika edit yang kita sarankan diterima. Namun bisa saja karena kelemahan Google dalam melakukan verifikasi dan tidak adanya persetujuan dari pemilik bisnis tersebut sehingga menyebabkan hal ini terjadi. Pratama menilai, data perhotelan menjadi target pelaku karena potensi keuntungan yang bisa didapatkan dengan memalsukan nomor telepon pengelola dan meminta transfer kepada korban seolah-olah sebagai pengelola hotel. "Selain itu perhotelan dianggap kurang sadar terhadap aspek digital salah satunya adalah jarang melakukan pengecekan apakah data pada Google Business berubah atau tidak. Perhotelan juga rentan menjadi korban karena sebagian hotel kecil serta homestay tidak memiliki tim khusus yang bertanggung jawab atas keamanan siber, salah satunya adalah data yang terdapat pada Google Business ini," urainya. Melihat adanya potensi penipuan tersebut, Pratama menyatakan konsumen harus lebih berhati-hati dalam mempercayai sebuah informasi salah satunya adalah informasi yang ada di Google Business atau Google Maps. Menurut dia, ada baiknya jika informasi tersebut memang hanya dipergunakan untuk menentukan lokasi serta mendapatkan panduan arah menuju lokasi tersebut. Terutama jika memang konsumen berencana untuk melakukan suatu transaksi jual-beli, ada baiknya jika melakukan transaksi pertama kali secara langsung di lokasi seperti yang tertera di Google Maps, selain bisa dipastikan keasliannya informasinya, juga bisa meminta kontak dari pemilik yang sebenarnya serta nomor rekening jika berencana untuk melakukan transaksi berikutnya secara online. "Atau jika harus melakukan transaksi secara online, pastikan bahwa rekening tujuan bukanlah menggunakan nama peroraongan namun sesuai dengan nama usaha tersebut. Adapun kepada pemilik bisnis dihimbau untuk secara berkala melakukan pemeriksaan data yang terdapat pada Google Maps sehingga dapat dipastikan data yang ada adalah data yang benar dan tidak ada pihak lain yang berusaha mengambil keuntungan dengan merubah data yang ada," ucapnya. Sebelumnya, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyampaikan bahwa telah terjadi peretasan akun Google Bisnis yang menimpa beberapa hotel di Indonesia
Ketua Umum PHRI Hariyadi BS Sukamdani menjelaskan peretasan ini terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, seperti Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan dan lain sebagainya. "Sebagai tindak lanjut atas kasus tersebut, BPP PHRI akan segera melapor ke pihak berwajib dalam hal ini ke Polri dan pelaporan ini tentu juga akan dilakukan juga oleh BPD dan BPC PHRI melalui POLDA dan POLRES di wilayahnya," paparnya melalui konferensi pers yang berlangsung hybrid, Senin (12/8).
Baca Juga: Dampak Pembangunan IKN, Tingkat Hunian Unit Hotel PP Properti (PPRO) Meningkat Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tri Sulistiowati