KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Emiten agribisnis, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (
ANJT) terus melakukan diversifikasi target pasar untuk lini penjualan sagu. Pasalnya, emiten yang memiliki kode saham “ANJT” ini tengah membidik Jepang sebagai destinasi ekspor. Namun demikian, ANJT masih belum bisa memastikan kapan rencana tersebut bisa terealisasi. “Saat ini masih tahap penjajakan,” ujar Direktur PT Austindo Nusantara Jaya Tbk, Naga Waskita dalam acara peluncuran buku berjudul Sagu Papua untuk Dunia pada Senin (25/11).
Baca Juga: Harga CPO hambat kinerja Austindo Nusantara (ANJT) di kuartal III Naga Waskita mengatakan Jepang memiliki potensi yang baik untuk dijadikan sebagai destinasi ekspor. Pasalnya, negara yang dijuluki sebagai “Negeri Sakura” tersebut memiliki banyak aneka makanan khas seperti misalnya Ramen ataupun produk-produk penyedap rasa yang membutuhkan bahan baku tepung. Sementara ini, penjualan tepung sagu masih dijual sepenuhnya di tingkat domestik dengan menyasar Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagai target pasar utama. Dlihat dari segementasi berdasarkan letak geografis, sebagian besar penjualan masih dilakukan di pulau Jawa. Menurut Naga, segmen usaha penjualan tepung sagu ANJT masih menghadapi beberapa tantangan. Dalam hal ini, biaya angkut yang tidak sedikit juga diyakini menghadirkan berpotensi memperbesar biaya distribusi perseroan untuk penjualan tepung sagu. Pasalnya, produksi tepung sagu ANJT saat ini dilakukan oleh anak perusahaan ANJT, yakni PT ANJ Agri Papua Barat (ANJAP) yang memiliki izin pengelolaan lahan konsesi sebesar kurang lebih 40.000 hektar di Sorong Selatan, Papua Barat.
Baca Juga: Harga saham sektor CPO masuk zona hijau, begini rekomendasi analis Di samping itu, persepsi masyarakat Indonesia cenderung masih belum terlalu familiar dengan penggunaan sagu sebagai bahan baku maupun untuk dikonsumsi secara langsung. Hal ini diperparah dengan adanya barang substitusi lain berupa tepung gandum yang memiliki harga murah, yakni sekitar Rp 6000 per kg. Saat ini, ANJT tengah menggencarkan kampanye mengenai penggunaan tepung sagu baik sebagai bahan baku maupun sebagai pangan yang bisa dimakan langsung. Hal ini dilakukan melalui beberapa cara. Pada pertengahan tahun ini misalnya, ANJT baru saja membuka rumah makan bernama Bueno Nasio untuk memperkenalkan varian makanan yang bisa dihasilkan oleh tepung sagu. ANJT, dengan bekerja sama dengan Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) juga baru saja meuncurkan buku berjudul Sagu Papua untuk Indonesia yang ditulis oleh Ahmad Arif pada Senin (25/11).
Baca Juga: Produksi CPO Austindo Nusantara tumbuh 26% hingga Agustus Dari sisi penjualan, ANJT juga memiliki rencana untuk memasuki segmen pasar industri-industri makanan besar untuk mendiversifikasi pasar. Hanya saja, ANJT masih belum bisa membeberkan kapan rencana tersebut akan direalisasikan lantaran masih berfokus pada pasar UMKM sebagai prioritas pasar utama. Sebagai informasi, ANJAP telah melakukan soft launch dan uji coba produksi tepung sagu sejak tahun 2015. Kini, pabrik yang mulai beroperasi komersil pada tahun 2016 tersebut telah memiliki kapasitas produksi tepung sagu sebesar 1.250 ton per bulan.
Untuk diketahui, kontribusi penjualan tepung sagu belum memiliki porsi yang besar dalam total penjualan konsolidasi ANJT.
Baca Juga: Kuartal III-2018, produksi minyak sawit mentah Austindo (ANJT) naik 33,15% Menilik laporan keuangan konsolidasi ANJT di kuartal III 2019, penjualan tepung sagu perseroan tercatat sebesar US$ 689.929 atau setara dengan sekitar 0,74% dari total pendapatan ANJT di kuartal III 2019 yang mencapai US$ 92,06 juta. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Azis Husaini