ANJT investasi pabrik sagu Rp 361,4 miliar



JAKARTA. Tak hanya memekarkan bisnis kelapa sawit, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) pun ingin mengembangkan bisnis sagu di wilayah Papua Barat. Makanya, emiten perkebunan ini mulai membenahi pabrik pengolahan sagu dan membangun pembangkit listrik.

Investasi untuk proyek pembenahan pabrik sagu dan pembangkit listrik tersebut setidaknya menelan biaya US$ 27,8 juta. Dengan posisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat di kisaran Rp 13.000 per dollar AS, nilai investasi itu setara Rp 361,4 miliar.

ANJT akan berinvestasi dalam dua tahap. Di tahap pertama, emiten ini akan mengucurkan dana US$ 12,2 juta. Tahap kedua mencapai US$ 15,6 juta. “Proyek pembenahan pabrik pengolahan sagu dibagi dalam dua tahap, masing-masing dengan kapasitas 1.250 ton per bulan,” ujar Naga Waskita, Sekretaris Perusahaan ANJT, dalam materi paparan publik yang dirilis ANJT belum lama ini.


ANJT menargetkan pabrik pengolahan sagu basah beroperasi pada kuartal keempat tahun ini. Adapun pembangkit listrik diperkirakan rampung kuartal pertama tahun depan. Fasilitas tersebut diproyeksikan beroperasi secara penuh pada kuartal kedua 2016. Demi memuluskan rencana itu, ANJT sudah menunjuk kontraktor engineering, procurement, and construction (EPC) sejak November 2014.

Saat ini, ANJT menjual sagu hasil produksinya dengan merek “Sapapua”. Dalam kemasan ritel, sagu tersebut memiliki berat 500 gram. Produk tadi hanya dijual khusus di wilayah Papua.

Penjualan biskuit sagu ANJT baru menyumbang kurang dari 1% terhadap total pendapatan perusahaan. Pendapatan minyak kelapa sawit dan inti sawit memegang porsi mayoritas, yakni setara 93,06% total pendapatan. Lalu, penjualan tembakau menyumbang 3,03% dan jasa konsesi berkontribusi 3,88% dari total pendapatan perusahaan ini.

Adapun total pendapatan ANJT pada tahun 2014 mencapai US$ 158,33 juta atau meningkat 12,4% dari tahun sebelumnya. Sayangnya, laba perusahaan ini malah menyusut 15,9% dari US$ 21,92 juta pada 2013 menjadi US$ 18,42 juta di pengujung tahun lalu.

Selama ini, ANJT memang mengandalkan bisnis kelapa sawit. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, mereka menjual 42.454 ton minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Rata-rata harga jualnya US$ 613 per ton. Dus, ANJT membukukan US$ 26,02 juta dari penjualan CPO. “Produksi CPO di kuartal pertama 2015 adalah 32.265 ton,” imbuh Naga.

ANJT tercatat memproduksi 147.974 ton tandan buah segar (TBS) di kuartal I 2015. Jumlah itu tumbuh 19% dibandingkan periode sama 2014.

Selama tiga bulan pertama 2015, ANJT telah menanam pohon sawit di atas lahan seluas 806 hektare. Lokasi kebun sawit terbagi di beberapa daerah, yaitu Belitung, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat dan Papua Barat. Dus, luas lahan tertanam ANJT sampai akhir Maret 2015 mencapai 46.411 ha. Adapun lahan dengan tanaman menghasilkan seluas 39.315 ha atau 84,71% dari total lahan tertanam.

Harga saham ANJT, Jumat (16/4), Rp 1.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto