JAKARTA. Perusahaan perkebunan, PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) melihat bisnis tahun ini akan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Hal ini di antaranya, karena meredanya efek Elnino yang sempat menghantam kinerja emiten perkebunan ini. Meredanya efek Elnino, meningkatkan produksi hasil perkebunan ANJT. Untuk produksi crude palm oil (CPO) mengalami peningkatan 25% sampai dengan akhir April 2017. Hal itu sejalan dengan peningkatan produktivitas Tandan Buah Segar (TBS) per hektar. Empat bulan pertama tahun ini, produksi TBS sebanyak 5,2 ton per hektar, dibandingkan periode yang sama sebelumnya pada tahun lalu sebanyak 4,6 ton per hektar.
Selain itu, tingkat ekstraksi minyak atau oil extraction rate (OER) juga tumbuh dari 21,6% menjadi 22,1% pada Q1-2017. "Produksi TBS sampai akhir kuartal pertama sebesar 150,495 metrik ton," terang Direktur Keuangan ANJT, Lucas Kurniawan kepada KONTAN, Kamis (8/6). Total kapasitas PKS saat ini yakni 225 ton per jam, dengan tingkat utilisasi pabrik rata-rata 60%-70%. Sementara total cadangan lahan ANJT seluas 157.681 hektar, dan sekitar 50.000 hektar di antaranya telah ditanami. ANJT juga mengaku belum memiliki rencana untuk memperluas lahan yang dimiliki. "Kami tidak memiliki rencana akuisisi, namun kami tetap memantau dan terbuka terhadap peluang tersebut, sepanjang hal itu menciptakan sinergi dan meningkatkan nilai bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan kami," terangnya. Perusahaan juga belum akan memiliki aksi keuangan pada tahun ini, misalnya saja penerbitan obligasi. Namun, kebijakan tersebut tidak akan menutup kemungkinan untuk terlaksana. Sepanjang situasi pasar yang mendukung, manajemen akan mempertimbangkan aksi itu untuk mencari dana (fund raising). Selain meningkatkan penjualan produk CPO, ANJT juga meningkatkan penjualan produk edamame dan sagu. Untuk produk sagu, ANJT bekerja sama dengan pemerintah, pengusaha retail untuk produk organik, dan lembaga penelitian serta masyarakat. ANJT juga meningkatkan penjualan produk edamame. Selain di dalam negeri, ANJT juga melakukan ekspansi pasar di luar negeri. Pihak manajemen mengaku tidak menyasar pasar negara tertentu dalam melakukan aksi penjualan. "Tujuan utama ekspor kami adalah India, karena harga CPO yang mendukung. Jika ada pasar lain yang memberikan harga yang baik, tentu kami akan menjajaki pasar tersebut," terangnya.
Emiten berkode saham ANJT ini sebelumnya menganggarkan belanja modal sebesar Rp 850 miliar. Hingga April 2017, sebagian besar terserap untuk peremajaan (replanting) perkebunan Belitung. Perkiraan penyerapan akan lebih pesat setelah Idul Fitri, sejalan dengan selesainya tender konstruksi Pabrik Kelapa Sawit (PKS) di operasi perkebunan Papua Barat. Selain itu, juga terserap pada penyediaan frozen line (mesin pendingin) untuk pemrosesan edamame, serta tender kegiatan penanaman kelapa sawit. "PKS di operasi perkebunan Papua Barat akan dimulai dengan pembangunan lajur pertama dari total kapasitas 2x45 ton per jam," terangnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto