Antam (ANTM) Siap Akuisisi Smelter Tsingshan Hingga Beli Emas Freeport



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk atau Antam menggelar sejumlah aksi untuk pengembangan bisnis komoditas utamanya. Anggota holding pertambangan MIND ID berkode saham ANTM ini sedang menggarap proyek hilirisasi nikel dan bauksit, serta ingin memoles bisnis emas.

Direktur Utama Antam Nicolas D. Kanter menegaskan komitmen ANTM untuk berkontribusi dalam pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik alias Electric Vehicle (EV). ANTM menggarap proyek ini bersama Indonesia Battery Corporation (IBC) dan mitra strategis.

Proyek yang sedang berjalan berlokasi di Buli, Halmahera Timur, yang digarap bersama konsorsium CBL (CATL, Brunp, Lygend). Proyek ini akan membangun pabrik Rotary Kiln-Electric Furnance (RKEF) dan High Pressure Acid Leach (HPAL).


"Antam bersama mitra strategis berkomitmen mengakselerasi pencapaian milestone sesuai target di tahun 2024, antara lain penyiapan lahan untuk pembangunan RKEF dan HPAL, penyelesaian feasibility study dan izin-izin terkait," ungkap Nico dalam paparan publik, Selasa (27/8).

Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 1,72%, Hari Ini Masih Mager (27 Agustus 2024)

Direktur Keuangan dan Manajemen risiko Antam Arianto Sabtonugroho Rudjito melanjutkan, pabrik RKEF ditargetkan bisa beroperasi mulai tahun 2027 dan HPAL pada tahun 2028. Sedangkan target untuk manufaktur rantai nilai baterai EV bisa dimulai pada tahun 2029.

Progres pabrik RKEF sedang dalam tahap pra-EPC atau engineering, procurement and construction dan pra-project financing. Sementara proyek HPAL sedang dalam proses pendirian perusahaan patungan (joint venture company).

Investasi proyek RKEF ditaksir mencapai US$ 400 juta-US$ 500 juta untuk pembangunan infrastruktur dan modal kerja. Sedangkan untuk estimasi belanja modal (capex) pabrik RKEF berada di kisaran US$ 8.000-US$ 9.000 per ton nikel.

Pada proyek HPAL, investasi untuk pembangunan infrastruktur dan modal kerja mencapai US$ 250 juta-US$ 300 juta. Sedangkan estimasi capex untuk pabrik HPAL sebesar US$ 24.000-US$ 30.000 per ton nikel.

Baca Juga: Catat, Saham Ini Berpotensi Bayar Dividen Jumbo, Ada yang Blue Chip

Sementara itu, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat sudah mencapai 89%. Proyek yang digarap bersama Inalum ini ditargetkan akan commissioning pada akhir 2024 dan dapat beroperasi komersial pada semester I-2024.

Masih dalam strategi hilirisasi, Nico mengungkapkan rencana ANTM untuk menambah pabrik pengolahan nikel dengan mengakuisisi smelter dari Tsingshan Group. Sebelumnya, ANTM melalui anak usahanya, PT Gag Nikel telah mendatangani Conditional Share Purchase Agreement (CSPA) dengan Newton International Investment Pte. Ltd., anak usaha dari Tsingshan Group.

CSPA yang diteken pada 3 Mei 2024 itu memungkinkan adanya rangkaian transaksi. Termasuk pembelian sebagian kepemilikan saham yang dimiliki Newton pada suatu anak perusahaannya yang bergerak di bidang pengolahan bijih nikel.

Baca Juga: MIND ID Percepat Hilirisasi Industri Pertambangan

Membeli Emas dari Freeport

Bersamaan dengan strategi hilirisasi di nikel dan bauksit, ANTM juga ingin memoles bisnis emasnya. ANTM ingin mengoptimalkan momentum dari tren kenaikan harga emas serta meningkatnya permintaan logam mulai dari pasar domestik.

ANTM pun akan mencari tambahan sumber emas dari dalam negeri guna mendapatkan biaya yang lebih kompetitif. Nico bilang, ANTM sedang menjajaki peluang untuk mendapatkan pasokan emas (offtake) dari Freeport, yang kini juga menjadi bagian dari MIND ID.

"Antam mengupayakan pertumbuhan penjualan emas melalui pengembangan marketing channel, serta penjajakan peluang sourcing emas domestik yang kompetitif dari Freeport," terang Nico.

Komoditas emas masih menjadi andalan ANTM, dengan kontribusi terbesar hampir 80% pada pendapatan semester I-2024. Dalam periode separuh pertama tahun ini, ANTM membukukan penjualan senilai Rp 23,18 triliun atau meningkat 7,01% secara tahunan (YoY).

Sedangkan laba bersih ANTM menyusut 17,55% (YoY) menjadi Rp 1,55 triliun. Arianto optimistis ANTM bisa menjaga bottom line di level yang positif dengan harga dan permintaan emas yang masih tinggi, serta efisiensi operasional untuk menekan biaya. 

ANTM pun menggenjot produksi setelah mengantongi persetujuan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) pada akhir kuartal I-2024. "Dengan meningkatnya kebutuhan pasar bijih di Indonesia, ANTM akan terus meningkatkan pangsa pasar, terutama untuk bijih nikel dan bauskit melalui pertumbuhan volume produksi dan penjualan," tandas Nico.

Baca Juga: Strategi ANTM Menembus Pasar Nikel Amerika Lewat Kongsi dengan Perusahaan Korea

Rekomendasi Saham

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo melihat prospek perbaikan kinerja keuangan ANTM di sisa tahun ini. Dorongan bagi bisnis ANTM akan kembali datang dari permintaan dan harga emas yang masih berpeluang menguat. 

William menyarankan buy saham ANTM dengan mencermati support Rp 1.330 dan resistance pada Rp 1.600. Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat secara teknikal harga saham ANTM masih rawan mengalami koreksi untuk menutup gap di area Rp 1.390-Rp 1.400.

Herditya menyarankan strategi buy on weakness dengan support di Rp 1.315 dan resistance Rp 1.525 untuk target harga di Rp 1.560-Rp 1.610. Adapun, pada perdagangan Selasa (27/8) harga ANTM turun 0,68% ke posisi Rp 1.470 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati