Antam Berencana Bangun Smelter Tembaga di Gresik



JAKARTA. PT Aneka Tambang (Antam) Tbk berencana membangun smelter atau pabrik pengolahan tembaga dan plat tembaga (anode slime) baru di Gresik, Jawa Timur. Tato Miraza, Direktur Pengembangan Antam menyebutkan, proyek senilai US$ 700 juta untuk smelter tembaga tersebut masih dalam tahap studi konsep. Sementara, smelter plat tembaga senilai US$ 22 juta sedang dikerjakan feasibility study-nya. "Kita sedang mencari partner untuk membangun proyek smelter tembaga karena biayanya yang besar. Sementara untuk plat tembaga akan menggunakan kas perusahaan sendiri," kata Tato, Senin (16/3). Tato mengaku, saat ini sudah ada satu perusahaan dari Asia yang serius menjadi partner Antam untuk membangun smelter tersebut. "Ada satu, kita sedang melakukan pembicaraan. Tapi namanya masih perlu dikantongi, belum bisa dipublikasikan," kelakar Tato. Tato menyebut, Antam akan membangun pabrik pengolahan berkapasitas 250.000 ton sampai 300.000 ton per tahun. Seperti kemampuan produksi smelter PT Smelting Gresik yang dimiliki PT Freeport Indonesia dan Mitsubishi. Untuk menyelesaikan pembangunan smelter tersebut, Antam setidaknya membutuhkan waktu sekitar 5 tahun setelah negosiasi dengan calon partner nya selesai. Ketika smelter sudah beroperasi, nantinya jasa pengolahan komoditas tembaga akan ditawarkan kepada Freeport dan PT Newmont Batu Hijau. "Tapi itu masih desk study, dengan UU Minerba yang baru ini kita yakin bahwa pemerintah akan memberikan keutamaan kalau pemurnian itu harus dilakukan di dalam negeri. Jadi prospeknya bagus," tambahnya. Tato juga belum dapat memastikan apakah lokasi smelter tersebut akan ditempatkan di Gresik, Jawa Timur. Karena Antam juga sedang menimbang untuk membangunnya di Halmahera, Maluku Utara atau di Kalimantan. "Lokasi yang tepat untuk smelter tembaga itu tergantung jarak dengan sumbernya. Kemudian penggunaan sulfurnya. Jadi masih belum dapat dipastikan lah, tergantung nanti hasil studi dan pembicaraan dengan calon partnernya," kata Tato.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie