JAKARTA. Larangan ekspor mineral mentah yang diterapkan pada 14 Januari 2014 bakal menghantam kinerja keuangan perusahaan tambang PT Antam (Persero) Tbk (ANTM). Tato Miraza, Direktur Utama Antam mengakui, perusahaan bakal kehilangan potensi pendapatan dari ekspor bijih nikel senilai US$ 350 juta-US$ 400 juta di tahun 2014 ini. "Itu kontribusi dari ekspor bijih nikel yang mencapai 35% dari pendapatan tahun lalu," kata Tato selepas Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Antam di Jakarta, Rabu (26/3).
Lantaran tidak bisa lagi mengekspor bijih nikel, Antam akan menerapkan beberapa strategi agar performa keuangannya tidak turun terlalu dalam. Antam akan melakukan efisiensi dengan cara menerapkan skala prioritas dalam pengembangan proyek. Tato bilang, Antam menunda beberapa proyek yang memang bisa ditunda dan tidak terlalu mendesak. Sebaliknya, Antam akan memacu finalisasi proyek yang strategis seperti pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan. Pabrik yang bakal segera beroperasi pada April mendatang ini memang diharapkan mampu memberikan tambahan pendapatan di tahun ini.