Antam dan Vale temukan cadangan emas besar di NTB



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesia Asahan Alumium (Inalum) terus menggenjot bisnis anak-anak usahanya. Inalum merupakan holding tiga emiten tambang BUMN. 

Inalum memiliki 65% saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), 65,02 % saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA), 65 % saham PT Timah Tbk (TINS) dan 9,36 % saham di PT Freeport Indonesia.

Direktur Utama Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, ANTM bersama PT Vale Indonesia Tbk (INCO) telah menemukan cadangan emas yang besar di Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Cadangan emas di Dompu diperkirakan jumlahnya dua kali lipat dibandingkan dengan cadangan yang dimiliki oleh Newmont Nusa Tenggara (sekarang Amman Mineral).


Selain itu, ungkapnya, cadangan tembaga di Dompu juga diperkirakan lebih besar dari PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang memiliki tambang di Jawa Timur. "Kenapa saya buka? Agar cadangan ini tidak hilang diambil oleh orang lain," kata Budi, Jumat (18/5).

Bila mengacu pada klaim Budi, maka cadangan emas di Dompu diperkirakan mencapai 1,38 juta ton emas karena tambang Batu Hijau milik Newmont memiliki cadangan 690.000 ton emas. Sementara cadangan tembaga di Dompu diperkirakan melebihi 8,6 juta ton atau 19 miliar pounds. "Tapi saya perlu tegaskan bahwa cadangan di Dompu masih dalam tahap eksplorasi," jelasnya.

Budi menambahkan, untuk meningkatkan nilai tambah tambang yang diproduksi anak usaha Inalum, perusahaan menggenjot proyek hilirisasi. "Misalnya, untuk pengembangan sumber energi dilakukan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x300 megawatt (MW) di Tanjung Enim. Ini merupakan kerja sama PTBA dan Inalum. Selain itu mengembangkan PLTU Mempawah berkapasitas 75 MW," ungkapnya.

PLTU ini untuk pengembangan smelter grade alumina (SGA). Bahan baku bauksit berasal dari Antam dan pengembangan pembangkit oleh Bukit Asam.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Direktur Utama PT Antam Arie Prabowo Ariotedjo. Arie bilang ANTM dan PTBA bekerja sama dalam proyek pembangkit listrik Antam. Pembangunan PLTU tersebut menggunakan skema IPP. Proyek tersebut sejauh ini telah mencapai tahap pengadaan konsultan dalam penyusunan feasibility study & due diligence.

Arie juga mengatakan, ANTM akan melanjutkan proyek pembangunan pabrik feronikel (TNi) Halmahera Timur (P3FH) yang konstruksi proyeknya telah berjalan sekitar 55%.

Arie megatakan proyek yang berkapasitas Line 1 ini akan menghasilkan 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun dari kapasitas tahap I sebesar 27,000 TNi per tahun. Estimasi biaya proyeknya sebesar Rp 3,5 triliun untuk pembangunan pabrik tersebut, tapi di luar pembangkit listrik.

Selain itu, ANTM akan melanjutkan proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah dengan bersinergi dengan Inalum dan Chalco. "Proyek yang bertujuan untuk mengolah bijih bauksit menjadi smelter grade alumina ini akan menghabiskan dana US$ 700 juta yang digunakan untuk pembangunan pabrik dan pembangkit listrik untuk tahap I. Sementara itu, untuk mining development-nya akan digelontorkan dana sebesar Rp 1,45 triliun," jelasnya.

Arie mengungkapkan bahwa estimasi dari proyek tersebut adalah menghasilkan 2 juta ton SGA per tahun yang akan dibangun secara bertahap dengan kapasitas tahap I sebesar 1 juta ton SGA per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati