JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (Antam) tengah memfinalisasi pencarian pinjaman senilai US$ 100 juta-US$ 110 juta untuk membiayai belanja modal atau
capital expenditure (capex) tahun 2015. Djaja Tambunan, Direktur Keuangan Antam, menuturkan, Antam sudah memperoleh komitmen fasilitas tersebut dari beberapa kreditur. "Tapi karena belum ditandatangani, saya belum berani klaim sudah sepenuhnya diperoleh," kata Djaja di Jakarta, Kamis (16/10). Emiten berkode saham ANTM itu sejatinya masih punya waktu yang lumayan panjang untuk mencari pinjaman eksternal. Djaja bilang, fasilitas itu baru akan dibutuhkan Antam di akhir kuartal pertama tahun depan.
Toh, Djaja optimistis, Antam sudah bisa memperoleh pinjaman tersebut di akhir tahun ini. Dana hasil pinjaman itu nantinya akan digunakan untuk menutup capex tahun depan yang dianggarkan senilai US$ 150 juta. Mayoritas capex tahun depan akan digunakan untuk menyelesaikan Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP). Proyek ini akan mendongkrak kapasitas produksi nikel pabrik Pomalaa dari 18.000-20.000 ton per tahun menjadi 27.000-30.000 ton per tahun. Antam menargetkan proyek tersebut sudah mulai uji produksi pada kuartal III 2015. Selain P3FP, Antam juga akan menyerap capex untuk beberapa proyek lain. Antam, misalnya, akan melanjutkan pembangunan fasilitas pengolahan bijih nikel menjadi feronikel di Halmahera, Maluku Utara. Proyek bernama Feronikel Halmahera Timur (FeNi Haltim) ini sudah mulai digarap sejak akhir 2011 lalu. Total, Antam harus mengucurkan US$ 1,6 miliar untuk merampungkan proyek FeNi Haltim. Dana tersebut dibutuhkan untuk membangun unit produksi berkapasitas 40.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
Jika dicermati, Antam terbilang sangat mengandalkan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan investasinya. Pada pertengahan Mei lalu, Antam juga baru saja meneken pinjaman senilai US$ 160 juta dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank). Pinjaman ini pun akan digunakan untuk membiayai P3FP. Di tahap awal, Antam akan menarik US$ 100 juta dan sisanya US$ 60 juta baru akan dicairkan belakangan menyesuaikan kebutuhan P3FP. Pinjaman tersebut bertenor 10 tahun dan memiliki
grace period (masa tenggang) dua tahun. Di luar utang bank, Antam juga menanggung utang dalam bentuk obligasi senilai Rp 3 triliun. Pada 2 Desember 2011, Antam sudah menerbitkan obligasi senilai Rp 3 triliun dalam dua seri, yakni seri A dan B. Seri A bertenor tujuh tahun dengan besaran kupon 8,38%. Sementara, obligasi seri B berkupon 9,05% dan bertenor 10 tahun. Dari dana obligasi itu, sebanyak 80% dialokasikan untuk proyek Pomalaa. "Kami harus membayar kupon obligasi sekitar Rp 60 miliar per kuartal," jelas Djaja. Djaja bilang, laporan keuangan Antam masih aman lantaran rasio utang terhadap ekuitas masih di bawah 1 kali. Untuk itu, Antam merasa masih lelusa untuk mencari pinjaman baru untuk menutupi capex 2015. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: A.Herry Prasetyo