Antam Gandeng Rusia dan China Bangun Pabrik Bauksit US$ 2 Miliar



JAKARTA. Kebutuhan aluminium yang cukup besar di pasar dunia menarik minat PT Aneka Tambang Tbk untuk masuk ke ceruk investasi bahan baku industri aluminium. Antam berencana membangun pabrik pengolahan bauksit yang merupakan bahan dasar alumina yakni bahan baku langsung dari aluminium. Langkah mewujudkan pendirian pabrik, Antam bekerjasama dengan Rusia Aluminium (Russal), perusahaan asal Rusia serta perusahaan asal China yang belum diketahui namanya dengan total investasi senilai US$ 2 miliar.

Rencananya, realisasi pendirian pabrik berlangsung pada tahun ini, namun pengoperasiannya baru terlaksana pada 2011. "Antam akan membangun dua pabrik pengolahan bauksit di Tayan, Kalimantan Barat, dengan investasi US$ 2 miliar," ujar Ketua Otoritas Asahan Effendi Sirait, pekan lalu.

Kerjasama dengan Russal, Antam berencana membangun pabrik pengolahan bauksit menjadi alumina di Tayan, Kalimantan Barat (Kalbar) dengan kapasitas produksi sekitar 1,2 juta ton per tahun. Pada kerjasama usaha ini, Antam menjadi pemegang saham minoritas. Dalam perencanaannya, proyek ini baru terlaksana pada 2011.


Sementara untuk kerjasama dengan China, Antam akan membangun pabrik pengolahan bauksit di Mempawa dengan kapasitas produksi 1 juta ton per tahun. Namun, posisi Antam dalam kerjasama dengan Negara Tirai Bambu berstatus sebagai pemegang saham mayoritas.

Antam memilih Kalimantan Barat sebagai lokasi pendirian pabrik bukan tanpa alasan. Sebab, di daerah ini banyak mengandung bauksit yang merupakan bahan baku utama pabrik pengolahan bauksit. Selain ditujukan ke pasar ekspor, hasil produksi Antam diharapkan mampu memasok bahan baku bagi industri aluminium di dalam negeri.

Sebab, selama ini sebagian besar bahan baku industri aluminium yakni alumina masih impor dari negara lain. "Kita berharap bila pabrik berdiri maka akan memasok setidaknya 500.000 ton alumina," ujar Effendi.

Pemerintah yakin, harga produk alumina Antam mampu bersaing dengan produk impor. Jika itu terjadi Indonesia tidak perlu mengimpor. Jadi, pabrik ini sangat ditunggu produsen aluminium di dalam negeri. Kebutuhan aluminium batangan mencapai 200.000 ton per tahun. Untuk menutupinya, perusahaan hilir aluminium justru mengimpornya. "Sebanyak 90 perusahaan konsumen hilir, seperti YKK, Zipper dan Alumindo Maspion, masih mengimpor," katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (Antam) Alwinsyah Loebis mengakui jika pihaknya berencana membangun pabrik alumina di Kalimantan Barat. Rencananya, produk alumina ini bakal memasok kebutuhan industri aluminium di dalam negeri. "Kita ingin mempersiapkan diri untuk memasok aluminium salah satunya ke Inalum," kata Alwinsyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: