Antam Masih Berminat Ikut Northstar Beli Bumi



JAKARTA. Anggota konsorsium calon pembeli saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mungkin akan bertambah. Selain Northstar Pacific dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Aneka Tambang (Antam) Tbk, juga berniat bergabung ke konsorsium itu.

Alwin Syah Loebis, Direktur Utama Antam, menyatakan bahwa perusahaannya masih berminat bergabung dalam Konsorsium Northstar. Lagi pula, "Kami masih ada peluang untuk ikut di situ," katanya kepada KONTAN, kemarin.

Soal duit, Antam mengaku tak masalah. Saat ini, perusahaan tambang milik negara ini punya kas sekitar Rp 3,69 triliun. Namun, Antam ingin menunggu lebih dahulu hasil uji tuntas atau due diligence Bumi. Sampai kini, Northstar belum menuntaskan due diligence.


Direktur Utama Bukit Asam Sukrisno belum bisa memastikan berapa persen  saham Bumi yang akan menjadi milik PTBA. Sampai saat ini, PTBA masih  merundingkan persentase pembagian saham dengan Northstar.

Nah, rencana kedua Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ikut membeli saham Bumi, sejalan dengan keinginan Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.

Sofyan memang mendorong BUMN sektor pertambangan ikut membeli saham produsen tambang batubara terbesar di Indonesia itu. Tujuannya adalah untuk menjamin pasokan batubara nasional di masa depan. Namun, Sofyan meminta agar perusahaan yang di bawah asuhannya itu menunggu hasil due diligence lantaran nilai akuisisi Bumi cukup besar. "Sehingga semua clear and clean, kalau tidak BUMN nanti repot," tukas Sofyan.

Seperti kita ketahui, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) akhirnya menjual 35% saham Bumi kepada Northstar senilai US$ 1,3 miliar. Perusahaan investasi milik Patrick Walujo, menantu mantan petinggi Astra Group TP Rachmat itu, menyisihkan kandidat lain yaitu Tata Group dan San Miguel Corporation.

Harga bisa berubah 5%-10%

Hitung punya hitung, harga saham Bumi setara Rp 2.068 per saham. Harga tersebut lebih rendah 4,9% dari harga  perdagangan saham Bumi pada pada 6 Oktober 2008.

Bahkan seandainya hasil uji tuntas Bumi tak memuaskan, Northstar bisa  meminta diskon lagi. Sebaliknya, BNBR juga bisa meminta harga lebih tinggi lagi jika kurang sreg dengan harga sekarang. Maklum, BNBR dan Northstar sepakat bahwa nilai akuisisi ini bisa saja berubah. "Transaksi ini seperti penjualan makhluk hidup, yang bisa tumbuh," kata seorang eksekutif yang mengetahui transaksi tersebut.

Menurut sumber tadi, perubahan ini berdasarkan penyesuaian modal kerja Bumi hingga tiga atau empat pekan mendatang saat Northstar dan BNBR menutup transaksi itu. "Perubahannya bisa antara 5% hingga 10%," imbuhnya. Keduanya pun sepakat transaksi ini sudah jadi harga mati alias tak bisa batal.

Direktur BNBR Dileep Srivastava mengakui, nantinya akan ada penyesuaian-penyesuaian dari kesepakatan awal dengan Northstar. Namun, dia tidak bersedia mengungkapkan apa saja penyesuaiannya. "Perjanjian ini bersifat rahasia," tukas dia.

BNBR merasa perlu menjual Bumi lantaran sedang butuh duit minimal US$ 1,2 miliar untuk melunasi utang jangka pendek. Selain itu, mereka harus melunasi utang berupa repurchase agreement (repo) ke banyak broker dan investor. Kabarnya, nilai repo saham Bumi lebih dari Rp 6 triliun.

Hingga kini BNBR belum menjelaskan alokasi penggunaan dana hasil penjualan saham Bumi itu. Maka, Ketua Bapepam-LK Ahmad Fuad Rahmany mendesak BNBR segera menggelar paparan publik pada pekan ini, untuk menjelaskan penjualan Bumi. Penjelasan tersebut merupakan syarat pencabutan suspend saham Bumi.

Salah satu materi penjelasan ini, kata Fuad, BNBR harus menjelaskan alokasi duit hasil penjualan Bumi, dan kepastian pembayaran repo saham Bumi. "BNBR juga harus mengungkapkan pengendali baru Bumi," tandas Fuad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie