Antam memutuskan jalan sendiri bangun Smelter Nikel di Sorong



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) memastikan tidak ada pemenang dalam beauty contest pembangunan pabrik pemurnian dan pengolahan (smelter) nikel di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sorong, Papua Barat. Antam beralasan, tak ada satu pun peserta yang layak menjadi mitra lantaran tidak memenuhi kriteria yang diinginkan.

Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengatakan, beauty contest tersebut sebenarnya sudah menyisakan dua calon mitra yang berasal dari China dan Filipina. Namun, keduanya tidak memenuhi empat kriteria yang disyaratkan Antam.

Saat dikonfirmasi Kontan.co.id, Arie mengungkapkan empat syarat yang diinginkan Antam. Pertama, memiliki market share atas produknya atau menguasai pasar; kedua, memiliki teknologi atau berpengalaman dalam pengoperasian smelter; ketiga, memiliki kemampuan finansial, dan keempat, sepakat untuk menjadikan Antam sebagai mayoritas dalam share holder.


"Kita mencoba dulu cari yang terbaik karena banyak pihak yang menyatakan berminat. Tapi dari finalis itu tidak ada yang bisa memenuhi keempat kriteria tersebut," kata Arie kepada Kontan.co.id, Rabu (20/2).

Alhasil, selanjutnya Antam akan melakukan Bankable Feasibility Study (BFS) sendiri. Setelah itu, Antam akan menunjuk mitra strategis untuk Engineering, Procurement, and Construction (EPC), dengan tetap mempetimbangkan empat kriteria yang diinginkan Antam. Targetnya, proses tersebut akan selesai pada tahun ini. "Antam akan lakukan BFS sendiri yang diharapkan selesai di 2019," ujar Arie. Asal tahu saja, smelter nikel Antam di KEK Sorong ini rencananya akan memiliki kapasitas sebesar 40.000 ton nikel dan 500.000 ton stainless steel per tahun. Adapun, investasinya diperkirakan bisa mencapai angka US$ 1 miliar. Nantinya, smelter ini akan dipasok oleh PT Gag Nikel merupakan anak perusahaan Antam yang mengelola tambang nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat. Seperti yang pernah diberitakan Kontan.co.id, Direktur PT Gag Nikel, Risono mengatakan bahwa pada tahun ini, pihaknya membidik produksi 1,8 juta ton bijih nikel. Jumlah itu naik dua kali lipat dibanding realisasi produksi tahun lalu yang hanya mencapai 912.000 ton bijih nikel. Untuk tahun selanjutnya, yakni mulai tahun 2020, Risono menargetkan produksi bijih nikel di Gag ini bisa mencapai level 3 juta ton. Besaran itu ditargetkan lantaran mempertimbangkan nilai ekonomis dari smelter yang akan dibangun. "Minimum segitu, kalau di bawah itu, pemilik dana enggan berinvestasi membangun smelter kecil," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini