Antam segera tuntaskan smelter feronikel



JAKARTA. PT Aneka Tambang (Antam) dalam waktu dekat akan merampungkan perluasan proyek smelter atau pabrik pemurnian dan pengolahan nikel menjadi feronikel di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Proyek ini sudah dikerjakan sejak tahun 2014.

Trenggono Sutioso, Sekretaris Perusahaan Antam, mengatakan, dari delapan paket proyek pembangunan pabrik, tinggal satu proyek yang belum tuntas. Yakni, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 2x30 megawatt (MW).

Kini, pembangunan pembangkit tersebut memasuki masa akhir dan akan diujicoba dalam waktu dekat. "Progres keseluruhan 99,28% per Maret 2016. Tidak butuh waktu lama lagi, semua akan selesai 100%, sekitar dua mingguan," terangnya kepada KONTAN, Selasa (17/5).


Adapun delapan paket yang dikerjakan perusahaan ini meliputi pembangunan pelabuhan (jetty) dan fasilitas lainnya. Fasilitas tersebut antara lain meliputi pengerjaan belt conveyors, pabrik Feni-I, electric smelting furnace, oxygen plant dan pembangunan pembangkit listrik. Total nilai investasinya  mencapai US$ 573 juta.

Trenggono mengungkapkan, smelter feronikel Pomalaa sebenarnya sudah berjalan. Hanya saja kapasitasnya belum bisa penuh. Perusahaan ini akan menjalankan secara penuh kapasitas smelter ini pada awal Juni 2016. Target produksinya  9.000 ton feronikel per tahun. "Jadi, dari proyek ini akan meningkatkan kapasitas pengolahan pabrik FeNi Pomalaa dari 18.000-20.000 ton FeNi menjadi 27.000-30.000 ton FeNi," ungkapnya.

Selain pabrik perluasan dengan nama Proyek Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa (P3FP) itu, Antam tengah menyiapkan smelter baru. Perusahaan ini, misalnya, sudah meneken Project Development Agreement (PDA) dengan perusahaan asal Jerman Ferrostaal dan Cronimet pada 19 April 2016.

Menurut Trenggono, kerjasama dengan Ferrostaal dan Cronimet bertujuan membangun pabrik feronikel dengan kandungan Ni minimum 15%. "Lokasinya masih di Pomalaa," tandasnya.

Dalam kerjasama dengan dengan Ferrostaal dan Cronimet, Antam akan memasok bijih untuk bahan baku pabrik tersebut dengan kadar nikel  minimal 1,6%. Selain itu, "Operasional pabrik serta pemeliharaan dilakukan oleh Antam," ungkapnya.

Sebagai gambaran, nilai proyek kerjasama ini mencapai US$ 800 juta. Antam akan memiliki 25% saham proyek ini, sementara Ferrostaal dan Cronimet akan memiliki 75%. Kapasitas pengolahan pabrik yang direncanakan oleh kongsi ini adalah mengolah sekitar 1,85 juta wet metric ton (wmt) bijih nikel per tahun menjadi 19.500 ton nikel dalam bentuk feronikel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini