Antam tunggu izin terbit untuk garap blok Bahodopi dan Maratape



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Aneka Tambang (Antam) masih menunggu terbitnya Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi untuk dapat menggarap blok tambang nikel Bahodopi Utara di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng) dan blok tambang nikel Maratape di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Dua Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) Eksplorasi itu berhasil didapatkan Antam pada Agustus 2018 lalu. Namun, Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo mengungkapkan bahwa pihaknya belum dapat menggarap kedua blok itu sebelum terbitnya IUP Eksplorasi dari Kementerian ESDM. Padahal pihaknya ingin secepatnya mengolah kedua blok itu pada tahun depan.

“Kalau izinnya sudah ke luar, ya kita tinggal lakukan eksplorasi. Kalau bisa secepatnya, kalau bisa mulai tahun depan eksplorasi, ya syukur,” kata Arie, pada Senin (3/12).


Sebelumnya, proses lelang yang memenangkan Antam atas kedua blok tersebut disebut memiliki potensi maladministrasi oleh Ombudsman Indonesia. Namun, untuk hal ini, Arie mengaku tidak ambil pusing, sebab menurutnya itu urusan antara Kementerian ESDM dan Ombudsman.

Arie mengklaim, pihaknya telah melakukan prosedur sesuai dengan peraturan lelang yang berlaku saat itu, termasuk untuk membayar Kompensasi Data Informasi (KDI). Sehingga, urusannya selesai ketika Kementerian ESDM memutuskan Antam sebagai pemenang atas kedua blok itu.

“Prosesnya itu ke ESDM, bukan ke kami. Yang jelas Antam sudah mendapatkan ketetapan, keputusan dari ESDM sebagai pemenang, dan kami sudah menyetor dana sesuai dengan KDI waktu itu,” lanjut Arie.

Adapun, berdasarkan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 1805.K/30/MEM/2018 tentang Harga KDI dan informasi penggunaan lahan WIUP dan WIUPK periode tahun 2018, luas wilayah dan nilai KDI kedua blok tersebut adalah sebagai berikut: Blok Maratape seluas 1.681 hektare (ha) dengan harga KDI sebesar Rp. 184,05 miliar, serta Blok Bahodopi Utara seluas 1.896 ha dengan nilai KDI Rp. 184,8 miliar.

Karena belum terbitnya IUP eksplorasi itu, Antam pun belum memproyeksikan anggara penggarapan kedua blok etrsebut untuk tahun depan. Yang jelas, pada tahun 2019 nanti, Antam memproyeksikan capital expenditure (Capex) yang hampir sama dengan tahun ini, yakni sebesar Rp. 3,4 triliun sampai Rp 3,5 triliun. Jumlah tersebut antara lain akan diserap untuk tiga proyek pabrik pengolahan Antam di Mempawah, Tanjung Buli dan di Sorong-Pulau Gag.

Ketiganya, kata Arie, merupakan proyek multi years sehingga membutuhkan waktu antara dua hingga tiga tahun sampai benar-benar rampung. Yang jelas, Arie bilang, pihaknya pun masih akan tetap mencari pembiayaan dan menargetkan dapat financial close (FC) pada kuartal I atau II tahun depan.

Pabrik pengolahan memang menajdi andalan Antam untuk mendongkrak kinerjanya. Sebagaimana yang telah diberitakan Kontan.co.id, pada komoditas Feronikel, misalnya, selama sembilan bulan ini, Antam mencatatkan produksi feronikel sebesar 19.264 ton nikel dalam feronikel (TNi), naik 21% disbanding peridoe yang sama tahun lalu.

Arie bilang, peningkatan etrsebut didorong oleh stabilitas produksi pabrik feroiikel di Pomalaayang saat ini memiliki kapasitas produksi terpasang hingga 27.000 TNi per tahun. Angka kapasitas produksi ini bakal bertambah ,emjadi 40.500 TNi jika pabrik feronikel di Halmahera Timur selesai pada akhir tahun ini, dimana hingga September perkembangan proyeknya sudah mencapai 80%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini