Antisipasi bank digital hanya gimmick untuk kerek saham, OJK akan buat sistem asesmen



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini banyak bank-bank kecil di Tanah Air telah mengklaim diri sebagai bank digital. Klaim tersebut telah mendorong kenaikan signifikan harga saham-saham bank tersebut. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati ada unsur gimmick marketing yang dilakukan bank-bank tersebut. Bank melakukan pembohongan publik karena belum sepenuhnya menerapkan digital banking secara lengkap tetapi sudah mengklaim sebagai bank digital untuk membuat harga sahamnya naik pesat. 

Untuk mencegah bank digital hanya dijadikan sekedar gimmick marketing, OJK akan membuat sebuah assesment untuk menilai  kadar digitalisass sektor perbankan. 


"OJK mencermati ada unsur gimmick dan suatu saat juga akan masuk di kami bahwa bank itu melakukan pembohonan publik, hanya mengklaim bank digital yang membuat harga saham naik dan sebagainya. Maka kami mengembangkan assesment bagaimana kami menilai kadar digitalisasi," ungkap Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan OJK Anung Herlianto dalam paparan virtual, Senin (30/8).

Anung menjelaskan, assesment tersebut akan menilai lima aspek yakni strategi digital, organisasi dan budaya, teknologi, operasional, dan costumer. Dari lima aspek itu ada 33 item yang akan dilihat OJK.

Baca Juga: OJK: Per Juli 2021, penyaluran kredit masih ditopang bank BUMN dan BPD

Dari sisi strategi misalnya, OJK akan menilai managemen strategi bank, keuangan dan investasi, digital branding, ekosistme digital,  digital market intelligence  dan portofolio inovasi.  Dari sisi organisasi dan budaya, akan dinilai mengenai budaya, kepemimpina,  governance, disain organinsasi, talent,  dan workforce enablement. 

Anung bilang, standar asesmen ini sudah diujicobakan. Hasilnya, digital maturity perbankan secara industri berdasarkan aspek strategi sudah mencapai 53%. Sementara dari sisi organisasi dan budaya baru mencapai 44%. Adapun aspek teknologi sudah cukup siap. 

Anung bilang, tanpa menyebut diri sebagai bank digital, bank sudah mempersiapkan infrastruktur digital sekitar 65%. 

Dari aspek operasional penerapan digitalisasi baru mencapai 42% dan dari disi costumer appetite untuk masuk ke layanan digital sudah mencapai 49%. 

"Walaupun appetite costume masuk ke digital sudah luar biasa namun kita harus waspada. Saat ini masih dalam kondisi tahap bulan madu sehingga ke depan masih akan rendah terhadap resiko cyber , engineering, dan lain-lain," jelas Anung.

OJK juga akan menyiapkan scoring untuk menilai secara individual bank yang sudah mengklaim diri sebagai bank digital. Sehingga nantinya akan didapatkan data bank mana yang sudah menerapkan digital banking secara lengkap.

Selanjutnya: Kejar kredit tumbuh 6%-7% di 2021, Bank Mandiri lakukan tiga penajaman strategis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi