JAKARTA. Demi mencegah terjadinya bubble di perekonomian, Bank Indonesia (BI) memberikan perhatian pada kredit konsumsi. Regulator perbankan ini tengah mempersiapkan aturan loan to value (LTV). Gubernur BI, Darmin Nasution mengatakan, saat ini, ada beberapa sektor yang pertumbuhan kreditnya cukup cepat. Meski belum bubble, bank sentral merasa perlu melakukan pengaturan. "Regulasinya, loan to value ratio, itu adalah makro prudential," ujarnya, Senin (19/12). BI merangkul Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk menyeragamkan LTV antara bank dan non-bank. "Di non-bank, down payment (DP) paling mudah. Kami ingin agar LTV dan DP diperketat agar aturannya kurang lebih sama dengan bank," katanya. Dengan aturan main ini, bila nasabah tidak dapat kredit dari bank, dia tidak akan mencari ke non-bank.
Pada pertemuan tahunan para bankir alias Banker\'s Dinner awal Desember lalu, Darmin mengatakan, upaya menekan suku bunga kredit akan dilengkapi kebijakan makro prudensial. Ini memitigasi risiko di sektor konsumtif yang berpotensi mengalami pengelembungan aset. Berdasarkan data Bapepam-LK, hingga September 2011, penyaluran pembiayaan multifinance mencapai Rp 225,13 triliun, tumbuh 26,67% dibandingkan September 2010 sebesar Rp 177,73 triliun. Pembiayaan konsumer tumbuh 29,73% menjadi Rp 159,63 triliun. Dari jumlah tersebut, 97,18% tergolong kredit lancar, 0,88% diragukan dan 1,31% macet. Data BI menunjukkan, hingga hingga Oktober 2011, outstanding kredit otomotif mencapai Rp 103,5 triliun atau tumbuh 31,4% (yoy). Komposisinya, kredit roda empat 62%, roda dua 37% dan sisanya lain-lain. Hingga oktober, kredit roda empat tumbuh 56,3% dan roda dua 11,7%.