Antisipasi dampak tapering off The Fed, BNI lakukan reprofiling SBN



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan mulai menyiapkan strategi menghadapi rencana The Fed melakukan pengetatan kebijakan moneter. Langkah tapering off ini bakal berdampak pada stabilitas pasar keuangan Indonesia termasuk harga dan yield surat berharga negara (SBN).

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk pun telah menyiapkan langkah antisipasi terhadap portofolio surat berharga yang dimiliki termasuk SBN. Henry Panjaitan. Direktur Treasury dan International Bank BNI bilang melakukan strategi reprofiling surat berharga yaitu shortening duration atau penempatan dana pada SBN tenor pendek dengan risiko mark-to-market yang lebih rendah dan terukur. 

“Selain itu, penempatan pada obligasi korporasi juga cukup menjanjikan karena memberikan yield yang relatif lebih tinggi dibanding SBN. Namun hal ini perlu dilakukan dengan sangat selektif mengingat potensi risiko obligasi korporasi yang lebih tinggi,” ujar Henry kepada Kontan.co.id pada Selasa (24/8). 


Lanjut ia, BNI telah melakukan penempatan dana pada SBN senilai Rp 102.3 triliun hingga Juni 2021. Ia bilang nilai itu tumbuh 23,6% secara tahunan atau year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu sebanyak Rp 82,8 triliun. “Tren penempatan dana di SBN ke depannya diprediksi masih tumbuh dengan nilai yang relatif lebih rendah. Sejalan dengan harapan pertumbuhan permintaan kredit,” paparnya. 

Baca Juga: Akan rights issue untuk perkuat modal, Bank Banten kejar target genjot kinerja

Pengamat Perbankan sekaligus Ekonom INDEF Aviliani bilang sifat perbankan memang mengikuti pasar. Artinya, ketika permintaan kredit besar, otomatis fungsi intermediasi pun bergulir. 

Ia menilai sebenarnya bank sudah menyalurkan kredit, karena akan jadi masalah ketika dana pihak ketiga terlalu banyak namun kredit terlalu sedikit. Tapi pelunasan kredit lebih banyak dibandingkan permintaan kredit. 

“Dalam waktu pendek ini tantangannya adalah The Fed. Bank banyak menempatkan dananya di SBN. Begitu The Fed menaikkan bunga, masalah nya harus ada barang baru berupa obligasi korporasi, namun masih sedikit,” ujarnya. 

Ia melihat bank akan mengukur dan memilih produk obligasi korporasi sesuai risk appetite masing-masing. Oleh sebab itu, ia melihat bank juga mengelola likuiditas dengan menempatkan dananya sebagian di obligasi korporasi dan penyaluran kredit.

Selanjutnya: Digitalisasi layanan, Bank Mandiri kenalkan Mandiri EDC android

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi