Antisipasi Efek dari Masalah Plafon Utang AS, Ini Strategi Bank Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS) tengah merampungkan pembahasan mengenai plafon utang AS. 

Ini memicu kekhawatiran global terkait potensi gagal bayar utang pemerintah negeri Paman Sam, yang berpotensi memunculkan perubahan peringkat utang. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) mengungkakan, tensi tinggi di AS ini akan memberikan dampak terhadap Indonesia. 


Terlebih, kesepakatan belum dicapai. Sehingga ada kemungkinan ambang batas utang yang tinggi atau ambang batas utang ditetapkan rendah. 

Baca Juga: Dampak Debt Ceiling AS Cenderung Terbatas ke Indonesia, Otoritas Harus Tetap Waspada

"Ini menimbulkan ketidakpastian pasar keuangan global, akibat isu negosiasi ini. Dolar AS menguat dan mempengaruhi nilai tukar, termasuk Indonesia," terang Perry dalam konferensi pers, belum lama ini. 

Selain dolar AS yang menguat, dampak selanjutnya adalah kemungkinan penguatan imbal hasil surat utang AS. Ini menambah ketidakpastian global. 

Dengan risiko yang muncul tersebut, Perry menyebut BI akan memasang kuda-kuda yang kuat, yaitu dengan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 

Ini akan dilakukan lewat triple intervention, yaitu intervensi di pasar spot, pasar DNDF, dan pasar SBN sekunder. 

Baca Juga: Hambat Inflow, Debt Ceiling AS Bisa Bikin Rupiah Melemah

Kemudian, BI juga akan menjalankan operasi twist dengan menjual SBN tenor jangka pendek. Tujuannya untuk menaikkan imbal hasil SBN jangka pendek tanpa menyebabkan imbal hasil SBN jangka panjang meningkat. 

"Dengan imbal hasil SBN jangka pendek yang naik, diharapkan ada aliran modal asing masuk sehingga mendukung nilai tukar rupiah," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi