Dalam diskusi yang dilaksanakan Mandiri Institute bulan lalu, terdapat pembahasan menarik terkait kondisi pendidikan dan keahlian tertentu di Indonesia. Awalnya diskusi membahas keahlian yang dibutuhkan pekerja di masa datang dengan mengundang beberapa perwakilan perusahaan unicorn dan start-up lainnya di Indonesia. Namun diskusi berkembang ke arah kesenjangan apa yang dibutuhkan dunia usaha dan perkembangan di negara lain dengan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia harus mencoba menghilangkan celah atau setidaknya mengurangi gap itu. Melihat data tenaga kerja, ada tren positif tiga tahun terakhir dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 5,13% di Februari 2018 terendah 20 tahun terakhir. Penurunan itu bisa dipicu membaiknya ekonomi atau penyerapan tenaga kerja. Tapi kita perlu melihat lebih dalam komposisi 133,9 juta angkatan kerja Indonesia. Kita tahu jumlah orang bekerja terdiri dari pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Untuk yang terakhir bisa disebabkan pekerja masih mencari pekerjaan dengan bekerja di bawah 35 jam seminggu (setengah menganggur) atau memang pekerja itu pekerja paruh waktu. Jumlah orang bekerja didominasi pekerja penuh dan ini terjadi di Indonesia dengan jumlah pekerja penuh setara 63% dari angkatan kerja. Melihat tren dalam tiga tahun terakhir, ada hal yang perlu dicermati. Persentase pekerja penuh menurun, namun pekerja tidak penuh meningkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan penurunan angka pengangguran terbuka dipicu meningkatnya pekerja tidak penuh.
Antisipasi gap tenaga kerja
Dalam diskusi yang dilaksanakan Mandiri Institute bulan lalu, terdapat pembahasan menarik terkait kondisi pendidikan dan keahlian tertentu di Indonesia. Awalnya diskusi membahas keahlian yang dibutuhkan pekerja di masa datang dengan mengundang beberapa perwakilan perusahaan unicorn dan start-up lainnya di Indonesia. Namun diskusi berkembang ke arah kesenjangan apa yang dibutuhkan dunia usaha dan perkembangan di negara lain dengan kondisi Indonesia saat ini. Indonesia harus mencoba menghilangkan celah atau setidaknya mengurangi gap itu. Melihat data tenaga kerja, ada tren positif tiga tahun terakhir dengan penurunan tingkat pengangguran terbuka (TPT) menjadi 5,13% di Februari 2018 terendah 20 tahun terakhir. Penurunan itu bisa dipicu membaiknya ekonomi atau penyerapan tenaga kerja. Tapi kita perlu melihat lebih dalam komposisi 133,9 juta angkatan kerja Indonesia. Kita tahu jumlah orang bekerja terdiri dari pekerja penuh dan pekerja tidak penuh. Untuk yang terakhir bisa disebabkan pekerja masih mencari pekerjaan dengan bekerja di bawah 35 jam seminggu (setengah menganggur) atau memang pekerja itu pekerja paruh waktu. Jumlah orang bekerja didominasi pekerja penuh dan ini terjadi di Indonesia dengan jumlah pekerja penuh setara 63% dari angkatan kerja. Melihat tren dalam tiga tahun terakhir, ada hal yang perlu dicermati. Persentase pekerja penuh menurun, namun pekerja tidak penuh meningkat. Dengan demikian, dapat disimpulkan penurunan angka pengangguran terbuka dipicu meningkatnya pekerja tidak penuh.