JAKARTA. Rupiah diprediksi menguat, seiring dengan adanya antisipasi pelaku pasar terhadap keputusan Federal Open Market Commite (FOMC) pada Kamis (30/4) mendatang. Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, memasuki kuartal kedua 2015 seharusnya rupiah bisa mencuri kesempatan untuk mengungguli USD. Sebab, pasar masih akan menanti kepastian kebijakan moneter The Fed lebih lanjut pada Kamis (30/4). “Akhir April 2015 baru akan terlihat perkembangan The Fed,” kata Wahyudi. Penantian menunggu waktu terdekat menaikkan suku bunga The Fed pada Juni 2015 seharusnya bisa memberikan peluang bagi rupiah untuk curi kesempatan. Saat ini, keadaan The Fed yang bergantung pada data ekonominya untuk menaikkan suku bunga, menjadikan index USD cukup rentan. “Data jelek sedikit, index USD koreksi. Ini akan terus terjadi hingga Juni 2015,” tambah Wahyudi. Namun kesempatan ini berada dalam range yang sempit. Pasalnya, data ekonomi domestik sangat minim. Rupiah tidak memiliki daya tahan dan hanya bergerak mengikuti pergerakan USD dan sentimen global lainnya. Tidak mengherankan, pada Kamis (23/4) rupiah di pasar spot melemah sebesar 0,42% menjadi Rp 12.951 dibanding hari sebelumnya juga terjadi karena index USD yang melambung.
Antisipasi keputusan FOMC, rupiah bisa menguat
JAKARTA. Rupiah diprediksi menguat, seiring dengan adanya antisipasi pelaku pasar terhadap keputusan Federal Open Market Commite (FOMC) pada Kamis (30/4) mendatang. Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, memasuki kuartal kedua 2015 seharusnya rupiah bisa mencuri kesempatan untuk mengungguli USD. Sebab, pasar masih akan menanti kepastian kebijakan moneter The Fed lebih lanjut pada Kamis (30/4). “Akhir April 2015 baru akan terlihat perkembangan The Fed,” kata Wahyudi. Penantian menunggu waktu terdekat menaikkan suku bunga The Fed pada Juni 2015 seharusnya bisa memberikan peluang bagi rupiah untuk curi kesempatan. Saat ini, keadaan The Fed yang bergantung pada data ekonominya untuk menaikkan suku bunga, menjadikan index USD cukup rentan. “Data jelek sedikit, index USD koreksi. Ini akan terus terjadi hingga Juni 2015,” tambah Wahyudi. Namun kesempatan ini berada dalam range yang sempit. Pasalnya, data ekonomi domestik sangat minim. Rupiah tidak memiliki daya tahan dan hanya bergerak mengikuti pergerakan USD dan sentimen global lainnya. Tidak mengherankan, pada Kamis (23/4) rupiah di pasar spot melemah sebesar 0,42% menjadi Rp 12.951 dibanding hari sebelumnya juga terjadi karena index USD yang melambung.