Antisipasi likuiditas, Makara Prima andalkan SUN



JAKARTA. Produk investasi tak melulu bicara prospek untung rugi. Instrumen investasi juga dapat menjadi media saling berbagi. Seperti produk Makara Prima kelolaan Bahana TCW Investment Management.

Reksadana pendapatan tetap ini membuka peluang bagi investor yang ingin membagi hasil investasi mereka untuk beasiswa. "Kami  menggandeng Ikatan Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (Iluni FE-UI) sebagai penyalur beasiswa," ujar Presiden Direktur Bahana TCW Edward Lubis.

Saat membeli unit penyertaan produk ini, investor bisa memilih jika ingin ikut program pembiayaan beasiswa. "Kalau mau investasi biasa juga bisa," ungkap Edward.


Tema sosial itu nampaknya mengundang minat investor. Terlihat dari dana kelolaan per  Desember 2014 yang mencapai sekitar Rp 417,7 miliar.

Menurut Edward, ketertarikan investor pada Makara Prima juga akibat kinerjanya yang relatif baik. Nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP) per 16 Januari 2015 sebesar Rp 1.927,29. Sejak terbit 4 November 2004, Makara Prima telah memberi return 92,73%.

Produk ini memutar aset pada Surat Utang Negara (SUN) dan obligasi korporasi. "Porsi di SUN mencapai 53%-54% dari dana kelolaan, supaya tidak kekurangan likuiditas. Yield obligasi korporasi bagus, tapi likuiditas kering," papar Edward.

Obligasi korporasi yang bisa dikoleksi minimum peringkat investment grade. Edward bilang, saat ini pihaknya memperbesar efek obligasi korporasi terbitan emiten properti dan perbankan. Harapannya, kinerja perusahaan ini membaik di 2015. Dengan strategi itu, ia berharap, return Makara Prima bisa sekitar 9% di tahun 2015.

Investor bisa mengoleksi produk ini dengan minimal investasi Rp 100.000. Pembelian dikutip biaya maksimal 0,5%, dan fee jual 0,1%.

Pengamat obligasi Desmon Silitonga menilai, hasil strategi memperbanyak porsi SUN bergantung pada tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah.

Jika inflasi melandai, minat investor di pasar SUN bisa cukup tinggi  karena yield bisa ditekan, sehingga meningkatkan potensi capital gain. Adapun, nilai tukar rupiah mempengaruhi minat investor asing yang kini mendominasi pasar SUN.

Dana kelolaan Bahana

PT Bahana TCW Investment Management menutup tahun 2014 dengan senyum. Sebab, manajer investasi ini meraih dana kelolaan Rp 27 triliun, naik 30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. "Sebenarnya target dana kelolaan kami pada 2014 hanya Rp 25 triliun. Tapi, ternyata pencapaian lebih dari itu," ujar Edward Lubis.

Kata Edward, penerbitan reksadana baru menopang pertumbuhan dana kelolaan. Sepanjang tahun lalu, Bahana TCW menerbitkan 15 produk reksadana. Delapan di antaranya merupakan reksadana terproteksi.

Ia mengklaim, reksadana terproteksi banyak berkontribusi dalam kenaikan dana kelolaan Bahana TCW. "Investor banyak yang memilih terproteksi, karena mereka hanya mempertimbangkan besaran yield yang didapat, tidak mengkhawatirkan mengenai volatilitas di pasar," ungkap Edward.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia