JAKARTA. Derasnya aliran modal asing alias capital inflow dari luar seiring masih lambatnya pemulihan ekonomi global diperkirakan akan terus berlangsung sampai tahun depan. Sejauh ini, efek yang paling dikhawatirkan dari besarnya capital inflow ini adalah terjadinya pembalikan dana secara tiba-tiba alias sudden reversal. Bank Indonesia (BI) mengaku akan terus memonitor kondisi pasar sekaligus untuk mengkaji kemungkinan kebijakan baru untuk meminimalisir efek negatif sudden reversal. "BI perlu mewaspadai adanya shock berupa pembalikan dana atau reversal. Setiap otoritas harus memiliki peranti ketika ada indikasi pembalikan, apalagi jika sudah terjadi hal itu. Ini yang harus kami antisipasi dari waktu ke waktu," ungkap Deputi Gubernur BI Budi Mulya kepada KONTAN, Rabu petang (13/10).Meski saat ini BI sudah menerapkan kebijakan one month holding SBI satu bulan, sejak Juni lalu untuk meminimalisir sudden reversal, namun tidak tertutup kemungkinan bank sentral menyiapkan kebijakan lain untuk menjaga sistem dari guncangan. "Kebijakan one month holding SBI itu kan Juni lalu, saat itu derasnya capital inflow berbeda dengan hari ini juga dengan minggu kemarin. Pokoknya, BI terus memonitor kondisi pasar untuk memastikan manakala tren pembalikan terjadi, kami sudah ada alat untuk itu," jelasnya.Apa bentuk konkret kebijakannya, Budi masih belum mau memperinci. Namun, sebagai tambahan informasi, beberapa negara sudah menerapkan beberapa kebijakan untuk mencegah terjadinya sudden reversal dana asing yang deras akhir-akhir ini. "Brasil sudah terapkan kenaikan pajak untuk modal asing di sekuritas menjadi 4%, Thailand juga ada witholding tax 15%. Itu adalah contoh di mana mereka sudah melihat dampak dari capital inflow terhadap terhadap ekonominya," katanya.Selain masih cukup percaya diri dengan kebijakan yang ada, otoritas juga menilai sinyal yang dilempar ke pasar terkait kondisi cadangan devisa juga cukup untuk meyakinkan publik atas kemampuan memitigasi sudden reversal. "Cadev adalah salah satu alat confidence kepada otoritas yang meyakinkan pada pasar bahwa BI punya alat ketika terjadi pembalikan dana. Cadev ini "asuransi" bagi kebijakan manakala kita memilikinya dalam jumlah cukup," jelas Budi.Jadi, apakah kebijakan one month holding dan kecukupan cadev sudah cukup untuk mengantisipasi terjadinya sudden reversal? "Kalau hari ini masih cukup, tapi kan hari ini beda dengan besok, lusa, dan bulan depan. BI mempersiapkan diri apabila pemburukan terjadi," tegas Budi diplomatis.
Antisipasi pembalikan dana, BI kaji kebijakan baru
JAKARTA. Derasnya aliran modal asing alias capital inflow dari luar seiring masih lambatnya pemulihan ekonomi global diperkirakan akan terus berlangsung sampai tahun depan. Sejauh ini, efek yang paling dikhawatirkan dari besarnya capital inflow ini adalah terjadinya pembalikan dana secara tiba-tiba alias sudden reversal. Bank Indonesia (BI) mengaku akan terus memonitor kondisi pasar sekaligus untuk mengkaji kemungkinan kebijakan baru untuk meminimalisir efek negatif sudden reversal. "BI perlu mewaspadai adanya shock berupa pembalikan dana atau reversal. Setiap otoritas harus memiliki peranti ketika ada indikasi pembalikan, apalagi jika sudah terjadi hal itu. Ini yang harus kami antisipasi dari waktu ke waktu," ungkap Deputi Gubernur BI Budi Mulya kepada KONTAN, Rabu petang (13/10).Meski saat ini BI sudah menerapkan kebijakan one month holding SBI satu bulan, sejak Juni lalu untuk meminimalisir sudden reversal, namun tidak tertutup kemungkinan bank sentral menyiapkan kebijakan lain untuk menjaga sistem dari guncangan. "Kebijakan one month holding SBI itu kan Juni lalu, saat itu derasnya capital inflow berbeda dengan hari ini juga dengan minggu kemarin. Pokoknya, BI terus memonitor kondisi pasar untuk memastikan manakala tren pembalikan terjadi, kami sudah ada alat untuk itu," jelasnya.Apa bentuk konkret kebijakannya, Budi masih belum mau memperinci. Namun, sebagai tambahan informasi, beberapa negara sudah menerapkan beberapa kebijakan untuk mencegah terjadinya sudden reversal dana asing yang deras akhir-akhir ini. "Brasil sudah terapkan kenaikan pajak untuk modal asing di sekuritas menjadi 4%, Thailand juga ada witholding tax 15%. Itu adalah contoh di mana mereka sudah melihat dampak dari capital inflow terhadap terhadap ekonominya," katanya.Selain masih cukup percaya diri dengan kebijakan yang ada, otoritas juga menilai sinyal yang dilempar ke pasar terkait kondisi cadangan devisa juga cukup untuk meyakinkan publik atas kemampuan memitigasi sudden reversal. "Cadev adalah salah satu alat confidence kepada otoritas yang meyakinkan pada pasar bahwa BI punya alat ketika terjadi pembalikan dana. Cadev ini "asuransi" bagi kebijakan manakala kita memilikinya dalam jumlah cukup," jelas Budi.Jadi, apakah kebijakan one month holding dan kecukupan cadev sudah cukup untuk mengantisipasi terjadinya sudden reversal? "Kalau hari ini masih cukup, tapi kan hari ini beda dengan besok, lusa, dan bulan depan. BI mempersiapkan diri apabila pemburukan terjadi," tegas Budi diplomatis.