Antisipasi perang dagang, Jokowi gelar rapat khusus pekan depan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Era perang dagang dimulai. Mulai Jumat ini (6/7), Amerika Serikat (AS) menerapkan tarif impor hingga senilai US$ 34 miliar atas produk dari China. Tak mau kalah, China juga bersiap membalas perlakuan tersebut.

Bukan hanya dengan China. AS juga akan menerapkan kebijakan serupa dengan negara lain.

Dus, Perang dagang juga menjadi perhatian khusus Indonesia. Sebab, saat ini sudah ada kurang lebih 100 produk asal Indonesia yang sedang dipantau oleh AS.


Presiden Joko Widodo mengatakan, Indonesia harus bersiap menghadapi perang dagang yang ditabuh AS. Kata Jokowi, pemerintah akan membahas khusus masalah ini pada rapat pekan depan. "Senin nanti, kami akan bicara khusus soal itu," kata Presiden Jokowi di JCC Senayan, Jumat (6/7).

Sekadar tahu, berdasarkan informasi dari Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo) Sofjan Wanandi, Presiden AS Donald Trump sudah memberikan peringatan kepada Indonesia karena neraca perdagangan AS defisit karena jumlah ekspor asal Indonesia lebih banyak.

"Generalized System of Preference (GSP) kita sedang di-review. Ada sekitar 124 produk dan sektor yang saat ini sedang dalam review, termasuk di dalamnya kayu plywood, kapas, macam-macam," ungkapnya seperti dikutip dari kompas.com.

GSP sendiri merupakan kebijakan AS berupa pembebasan tarif bea masuk terhadap impor barang-barang tertentu dari negara-negara berkembang. GSP menjadi satu-satunya tumpuan Indonesia untuk menjalin hubungan dagang dengan AS.

Berdasarkan data ekspor impor Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 25 Juni 2018, tertera AS sebagai satu dari tiga pangsa ekspor nonmigas terbesar Indonesia. Ekspor nonmigas ke AS dari Januari sampai Mei 2018 tercatat sebanyak 10,91% dari total ekspor atau setara dengan nominal US$ 7,43 miliar.

Jumlah ekspor nonmigas ke AS meningkat dibandingkan periode sama tahun lalu. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke AS pada periode Januari hingga Mei 2017 tercatat hanya sebesar US$ 7,17 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat