Antisipasi Rapat FOMC, Dana Asing Mengalir Keluar dalam Sepekan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana asing dalam sepekan ini tercatat keluar dari pasar saham Indonesia. Melansir RTI, dana asing yang keluar di pasar reguler dalam sepekan tercatat Rp 1,12 triliun.

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) menjadi emiten dengan net sell asing yang paling banyak keluar dalam sepekan ini, yaitu sebesar Rp 303,65 miliar. Di posisi kedua, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan net sell atau jual bersih asing Rp 178,42 miliar.

Di posisi ketiga, ada PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dengan net sell asing Rp 148,62 miliar.


Lalu, dilanjutkan oleh PGAS, MTEL, UNTR, NCKL, AKRA, BBNI, dan BBCA. Mereka menduduki 10 besar emiten dengan aliran dengan net sell asing terbesar dalam seminggu ini.

Baca Juga: Unitlink Saham Generali Masih Sanggup Mencatatkan Kinerja Positif

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan, dana asing memang mengalir keluar dalam seminggu terakhir. Namun, dalam sebulan ini, dana asing yang mengalir masuk masih sebesar Rp 3,54 triliun di pasar reguler.

“Artinya, keluarnya dana asing ini lebih kepada aksi profit taking investor asing yang wait and see akibat kebijakan suku bunga acuan The Fed yang masih questionable,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (14/6).

Praska mengatakan, inflasi Amerika Serikat (AS) hanya turun dari 4,1% ke 4%. Artinya, penurunan tersebut tidak signifikan dan membuat peluang naiknya suku bunga The Fed masih ada, walaupun hanya 25 basis poin.

Namun, konsensus investor masih terpecah terkait keputusan rapat FOMC. Sehingga, tidak sedikit dari mereka yang menurunkan dana yang mereka tempatkan di pasar Indonesia.

Hal itu tercermin dari 10 saham emiten dengan net foreign sell tertinggi tersebut memang banyak dimasuki aliran dana asing dalam sebulan terakhir.

Baca Juga: Wall Street Menguat, Pasar Makin Yakin The Fed Menahan Suku Bunga Acuan

Menurut Praska, asing dalam seminggu ini melepas saham-saham itu karena memang menyesuaikan dan mengantisipasi rilis suku bunga acuan The Fed. “Proyeksi suku bunga The Fed tahun ini adalah 5,1%. Kalau naik ke 5,5%, suku bunga di emerging market bisa ikut naik juga,” tuturnya.

Praska melihat, sektor tiap-tiap emiten tidak berpengaruh terhadap peningkatan net foreign sell dalam seminggu terakhir. “Sebab, secara tren, pergerakan saham beberapa emiten terlihat bervariatif, meskipun berasal dari sektor yang sama,” paparnya.

Sampai akhir tahun, aliran dana asing diprediksi masih akan terus terjadi. Sebab, secara year to date (YTD), net foreign buy di pasar reguler mencapai Rp 15,14 triliun. Artinya, investor sangat memanfaatkan momentum koreksi IHSG untuk melakukan akumulasi.

Saat ini, kata Praska, IHSG masih cenderung wait and see. Namun, dengan kondisi seperti saat ini saja, investor asing masih melakukan pembelian. Hal itu membuat Praska optimis dengan kenaikan aliran dana asing di pasar domestik.

Baca Juga: Dana Asing Keluar Lagi, Begini Prospek IHSG

Selain itu, di semester II nanti investor akan lebih bisa mengkalkulasi kinerja sepanjang tahun 2023, terlebih jika sudah ada rilis kinerja kuartal II dan kuartal III. Lalu, ada momentum menjelang Pemilu 2024 yang bisa menjadi sentimen positif. 

“Inflasi domestik juga tercatat melambat, sehingga bisa menahan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tidak naik, meskipun konsekuensinya rupiah melemah,” ungkapnya.

Praska pun memproyeksikan IHSG akan berada di level 6.950 pada jangka pendek menengah dan di 7.100 pada akhir tahun 2023.

Meskipun tidak menyebutkan target harga, Praska melihat, BMRI, MDKA, PGAS, UNTR, AKRA, dan BBNI masih akan menarik untuk dikoleksi di tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati