KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kilau harga komoditas emas diproyeksikan bakal memudar tahun ini. Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Maryoki Pajri Alhusnah menilai, seiring dengan pulihnya ekonomi di berbagai Negara akan menekan harga logam mulia ini. “Dengan akan dimulainya vaksinasi ini, dan jika vaksinasi tersebut berjalan dengan lancar, maka akan membuat harga emas tertekan di tahun 2021,” ujar Maryoki kepada Kontan.co.id, Jumat (8/1). Melansir Bloomberg, Per Jumat (8/1) harga emas berjangka untuk kontrak Februari 2021 berada di level US$ 1.910 per
troy ounces, naik dari realisasi harga pada akhir tahun 2020 yakni US$ 1.895 per
troy ounces. Sementara sepanjang 2020, harga logam mulia ini menguat 21,86%.
Baca Juga: Donald Trump akui kekalahan, IHSG diprediksi menguat pada Senin (11/1) Di sisi lain, penguatan emas turut mengerek harga saham emiten yang memiliki bisnis tambang emas. Saham PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) misalnya, yang sepanjang tahun lalu menguat 131,43% dan dinobatkan menjadi saham pertambangan logam tercuan. Saham emiten produsen emas lainnya, yakni PT Merdeka Copper Gold Tbk (
MDKA), juga melesat 127,10% sepanjang tahun lalu. Maryoki memberi rekomendasi jual saham Aneka Tambang dengan target harga Rp 1.480. Berdasarkan fundamental perusahaan, saat ini harga saham ANTM sudah jauh di atas harga wajar. Dus, para investor harus hati-hati dengan keadaan yang semacam ini. Sementara itu, untuk saham PT United Tractors Tbk (
UNTR), meskipun emiten ini memiliki lini bisnis emas lewat Tambang Martabe, Maryoki menilai harga sahamnya akan lebih sensitif terhadap sentimen komoditas batubara. Dihubungi secara terpisah, Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati menilai harga emas akan lebih berpengaruh ke saham MDKA dan ANTM. Hal ini karena kedua saham tersebut memiliki kontribusi pendapatan terbesar yang masih berasal dari komoditas emas.
Baca Juga: Hari pertama PPKM di Jawa-Bali, IHSG diprediksi menguat pada Senin (11/1) “Adapun UNTR mungkin lebih kepada penjualan alat berat dan aktivitas pertambangan batubara,” terang Ike, Minggu (10/1). Dia juga mengiyakan, harga saham MDKA dan ANTM saat ini sebenarnya sudah melambung cukup tinggi. Namun, saham ANTM sendiri mendapat dukungan positif dari rencana pabrik baterai jika nantinya terealisasi. Saham ANTM juga dipengaruhi optimisme pasar terhadap harga emas yang mungkin saja akan kembali menguat manakala virus hasil mutasi ini sulit ditangani. Sehingga, harga saham MDKA dan ANTM terbentuk oleh optimisme akan harga emas dan juga oleh pabrik baterai. Ike menekankan, kunci utama dalam berinvestasi bukan hanya soal keuntungan, tetapi juga harus tetap melihat risiko yang ada. “Karena harga yang sudah
overvalue cenderung rentan dengan aksi
profit taking,” sambung dia.
Baca Juga: IHSG naik 4,66% sepekan pertama 2021, kapitalisasi pasar bertambah Rp 331 triliun Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri berekspektasi adanya pemulihan pendapatan UNTR pada 2021 salah satunya didorong oleh volume penjualan emas dan volume penjualan batubara yang lebih tinggi. Pada tahun 2021, volume penjualan emas UNTR diperkirakan akan pulih menjadi 350.000
troy ounces dengan lindung nilai (
hedging) emas yang diperkirakan akan berakhir pada Februari 2021. UNTR masih akan melakukan lindung nilai terhadap volume penjualan emasnya, tetapi dengan lindung nilai sebesar 20% dari volume. BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham UNTR dengan target harga Rp 33.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi