JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memprediksi pendapatan di sepanjang kuartal pertama tahun ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Keuangan ANTM Djaya Tambunan menyebut, pendapatan kemungkinan akan turun, karena produksi yang juga turun akibat renovasi, perbaikan, dan modernisasi pabrik Feronikel (FeNi II) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Sulteng). "Selain itu harga feronikel dan emas di kuartal satu juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu," lanjut Djaya, saat dijumpai di Jakarta, Kamis (26/4).Namun, untuk menekan penurunan tersebut, ANTM pun melakukan beberapa hal seperti peningkatkan ekspor biji nikel juga efisiensi. "Walaupun bisa berpengaruh ke pendapatan, tapi untuk laba bersih akan sama seperti tahun lalu karena ada efisiensi," imbuhnya.Tahun ini, perusahaan pelat merah itu menargetkan produksi bisa mencapai 18.000 ton nikel dalam feronikel. Angka tersebut sebenarnya turun dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar 19.500 ton nikel dalam fenonikel.Saat ini, pabrik FeNi II sudah kembali beroperasi setelah melakukan pergantian furnace roof dengan desain yang lebih baik, serta optimasi dinding tanur dengan memperkuat instalasi pendingin copper cooler yang bisa meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Kegiatan optimasi tersebut menelan biaya lebih kecil dari anggaran yang sebesar Rp 187 miliar.
ANTM prediksi pendapatan turun di kuartal I
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memprediksi pendapatan di sepanjang kuartal pertama tahun ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Keuangan ANTM Djaya Tambunan menyebut, pendapatan kemungkinan akan turun, karena produksi yang juga turun akibat renovasi, perbaikan, dan modernisasi pabrik Feronikel (FeNi II) di Pomalaa, Sulawesi Tenggara (Sulteng). "Selain itu harga feronikel dan emas di kuartal satu juga lebih rendah dibandingkan tahun lalu," lanjut Djaya, saat dijumpai di Jakarta, Kamis (26/4).Namun, untuk menekan penurunan tersebut, ANTM pun melakukan beberapa hal seperti peningkatkan ekspor biji nikel juga efisiensi. "Walaupun bisa berpengaruh ke pendapatan, tapi untuk laba bersih akan sama seperti tahun lalu karena ada efisiensi," imbuhnya.Tahun ini, perusahaan pelat merah itu menargetkan produksi bisa mencapai 18.000 ton nikel dalam feronikel. Angka tersebut sebenarnya turun dibandingkan pencapaian tahun lalu yang sebesar 19.500 ton nikel dalam fenonikel.Saat ini, pabrik FeNi II sudah kembali beroperasi setelah melakukan pergantian furnace roof dengan desain yang lebih baik, serta optimasi dinding tanur dengan memperkuat instalasi pendingin copper cooler yang bisa meningkatkan efisiensi penggunaan energi. Kegiatan optimasi tersebut menelan biaya lebih kecil dari anggaran yang sebesar Rp 187 miliar.