JAKARTA. Kepala Ekonom PT Bank Danamon Anton Gunawan menilai, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang saat ini sebesar 7,25%, masih cukup manageable untuk mengelola inflasi hingga akhir tahun 2013. Anton memperkirakan, sampai akhir tahun ini inflasi akan terjaga di level 8,7%-9%. Angka ini lebih rendah dibandingkan forecast Bank Indonesia, di mana inflasi diperkirakan 9,8%. "Pada awalnya BI memperkirakan 7,2%, tetapi naik menjadi 9,8%. Tadi (rilis BPS) deflasi 0,35%. Kemungkinan forecast kami masih 8,7%-9%. Ini sangat tergantung bulan Desember. Diharapkan, tidak ada lagi shock yang akan membuat inflasi jadi naik," kata Anton, Selasa (1/10). Selain permasalahan inflasi, Anton melihat ekonomi Indonesia juga masih dihadapkan dengan persoalan lain, seperti tekanan pada defisit neraca berjalan atau current acount deficit. Menurutnya, salah satu solusi persoalan ini adalah dengan mengurangi tekanan, dengan melakukan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi melambat, maka kegiatan impor juga akan menurun. Sehingga nantinya diharapkan akan terjadi keseimbangan kinerja antara ekspor dan impor. Atas dasar itu, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 dan 2014 akan berada di bawah 6%. "Tahun 2013 dan 2014 kami perkirakan ekonomi akan di bawah 6%, sekitar 5,6%-5,8% pada 2013 dan 5,8%-5,9% pada 2014," ujarnya. Tidak hanya itu, dalam kondisi ekonomi seperti ini pemerintah akan berhemat menggunakan kata stimulus perekonomian Indonesia.
Anton: BI rate 7,25% masih mampu meredam inflasi
JAKARTA. Kepala Ekonom PT Bank Danamon Anton Gunawan menilai, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate yang saat ini sebesar 7,25%, masih cukup manageable untuk mengelola inflasi hingga akhir tahun 2013. Anton memperkirakan, sampai akhir tahun ini inflasi akan terjaga di level 8,7%-9%. Angka ini lebih rendah dibandingkan forecast Bank Indonesia, di mana inflasi diperkirakan 9,8%. "Pada awalnya BI memperkirakan 7,2%, tetapi naik menjadi 9,8%. Tadi (rilis BPS) deflasi 0,35%. Kemungkinan forecast kami masih 8,7%-9%. Ini sangat tergantung bulan Desember. Diharapkan, tidak ada lagi shock yang akan membuat inflasi jadi naik," kata Anton, Selasa (1/10). Selain permasalahan inflasi, Anton melihat ekonomi Indonesia juga masih dihadapkan dengan persoalan lain, seperti tekanan pada defisit neraca berjalan atau current acount deficit. Menurutnya, salah satu solusi persoalan ini adalah dengan mengurangi tekanan, dengan melakukan perlambatan pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi melambat, maka kegiatan impor juga akan menurun. Sehingga nantinya diharapkan akan terjadi keseimbangan kinerja antara ekspor dan impor. Atas dasar itu, maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 dan 2014 akan berada di bawah 6%. "Tahun 2013 dan 2014 kami perkirakan ekonomi akan di bawah 6%, sekitar 5,6%-5,8% pada 2013 dan 5,8%-5,9% pada 2014," ujarnya. Tidak hanya itu, dalam kondisi ekonomi seperti ini pemerintah akan berhemat menggunakan kata stimulus perekonomian Indonesia.