KUTA. Perseroan Terbatas Angkasa Pura I mempercepat pengembangan sejumlah infrastruktur di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, sebelum pelaksanaan pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia pada tahun 2018. "Semua masih dalam proses paralel baik amdal, semuanya paralel, kalau tidak begitu tidak akan selesai," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi setelah memaparkan masterplan pengembangan bandara kepada awak media di Patra Jasa, kawasan Tuban Kuta, Kabupaten Badung, Kamis (15/6). Dia menjelaskan pengembangan bandara itu dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan jelang forum IMF dan Bank Dunia 2018 dan jangka panjangnya untuk mengakomodasi kebutuhan pariwisata di Bali. Dalam pemaparan masterplan pengembangan bandara itu, Yanus menjelaskan bahwa pengembangan infrastruktur tersebut di antaranya perluasan apron atau lahan parkir pesawat yang rencananya dibangun di sebelah barat landasan pacu atau dekat dengan terminal VVIP1. Dengan adanya perluasan lahan parkir pesawat tersebut membawa konsekuensi pemindahan terminal VVIP, pemindahan terminal domestik dan internasional yang posisinya ditukar atau dikembalikan ke posisi semula, pemindahan lahan untuk pengelolaan limbah dari utara ke selatan dan pembangunan apron di wilayah timur dari landasan pacu. Yanus menjelaskan untuk tahap pertama pembangunan apron dibutuhkan lahan seluas sekitar 48 hektare yang rencananya memperluas apron yang ada saat ini di sebelah barat dekat landasan pacu. Rencananya, lanjut dia, perluasan parkir pesawat itu akan mengurung sebagian wilayah perairan di dekat landasan pacu sebelah barat. Pengurugan apron seluas sekitar 48 hektare itu, kata dia, merupakan cara yang bisa digunakan sedangkan metode tiang pancang dinilai berisiko salah satunya ancaman keamanan bandara. Diperkirakan untuk memperluas apron tersebut akan menelan dana sekitar Rp1,34 triliun yang dapat menampung 10 parkir pesawat berbadan lebar. Yanus melanjutkan jika menjadi apron, maka terminal VVIP akan dipindahkan ke sebelah timur tepatnya di area kargo internasional sehingga ketika ada kegiatan Kepala Negara dan tamu negara, akses menuju bandara tidak ditutup sementara sehingga penumpang bisa leluasa datang ke terminal. "Lagoon" atau lahan pengolahan limbah yang berada di sekitar kawasan itu akan dipindahkan ke areal selatan bandara. Selain itu pihaknya juga merencanakan akan menukar posisi terminal domestik dan internasional. "Kenapa dikembalikan ke posisi semula? karena lahan bandara cuma 285 hektare, bagaimana mengemas agar kebutuhan dunia terpenuhi di Bali," ucapnya. Penukaran terminal internasional (di areal timur) menjadi di barat yang saat ini terminal domestik dan sebaliknya, lanjut dia, juga untuk mengelompokkan parkir pesawat kecil (domestik) dengan kode lahan C untuk berada di apron timur dan pesawat berbadan lebar yang biasanya rute internasional dengan kode lahan F, berada satu jalur dengan apron baru di sebelah barat. Pihaknya juga akan memperluas lahan parkir pesawat di sebelah timur bandara atau lahan yang saat ini berada dekat dengan kuburan dengan kapasitas parkir pesawat mencapai 10 unit. Sehingga total jumlah pesawat yang dapat ditampung pada lahan parkir (apron) barat dan timur bandara mencapai 20 "parking stan" atau menambah jumlah saat ini yang mencapai 37 dan 16 "parking stan". Diharapkan dengan terbangunnya lahan parkir pesawat baru itu, pesawat parkir tidak lagi dalam keadaan saling membelakangi atau dialihkan ke bandara terdekat di Bali. Selain itu, pergerakan pesawat juga diharapkan bisa bertambah dari 27 pergerakan selama satu jam menjadi sekitar 35 pergerakan pesawat. Pihaknya juga tengah membangun "rapid exit taxi way" di sebelah utara bandara untuk menambah kapasitas landasan pacu sehingga mempercepat lalu lintas pesawat yang akan mendarat dan tinggal landas mengingat bandara itu hanya dilengkapi satu landasan pacu. Menurut Yanus, pengembangan infrastruktur bandara tahap pertama itu diperkirakan menelan dana total sekitar Rp 4 triliun yang diharapkan dapat dikucurkan dari internal perusahaan dengan mekanisme yang kemungkinan dapat dilakukan yakni utang atau penyertaan modal. Singeri antar-BUMN termasuk para kontraktor nasional milik negara juga akan dilakukan untuk mempercepat pengembangan bandara yang ditargetkan konstruksinya mulai Juli 2017 dan diharapkan selesai Agustus 2018. Bandara Ngurah Rai saat ini mampu melayani 20 juta penumpang per tahun dan diprediksi dalam tahun mendatang meningkat mencapai sekitar 22 juta penumpang dengan luas lahan mencapai 285 hektare. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
AP I percepat pengembangan bandara Ngurah Rai
KUTA. Perseroan Terbatas Angkasa Pura I mempercepat pengembangan sejumlah infrastruktur di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, sebelum pelaksanaan pertemuan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia pada tahun 2018. "Semua masih dalam proses paralel baik amdal, semuanya paralel, kalau tidak begitu tidak akan selesai," kata General Manajer PT Angkasa Pura I Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi setelah memaparkan masterplan pengembangan bandara kepada awak media di Patra Jasa, kawasan Tuban Kuta, Kabupaten Badung, Kamis (15/6). Dia menjelaskan pengembangan bandara itu dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan jelang forum IMF dan Bank Dunia 2018 dan jangka panjangnya untuk mengakomodasi kebutuhan pariwisata di Bali. Dalam pemaparan masterplan pengembangan bandara itu, Yanus menjelaskan bahwa pengembangan infrastruktur tersebut di antaranya perluasan apron atau lahan parkir pesawat yang rencananya dibangun di sebelah barat landasan pacu atau dekat dengan terminal VVIP1. Dengan adanya perluasan lahan parkir pesawat tersebut membawa konsekuensi pemindahan terminal VVIP, pemindahan terminal domestik dan internasional yang posisinya ditukar atau dikembalikan ke posisi semula, pemindahan lahan untuk pengelolaan limbah dari utara ke selatan dan pembangunan apron di wilayah timur dari landasan pacu. Yanus menjelaskan untuk tahap pertama pembangunan apron dibutuhkan lahan seluas sekitar 48 hektare yang rencananya memperluas apron yang ada saat ini di sebelah barat dekat landasan pacu. Rencananya, lanjut dia, perluasan parkir pesawat itu akan mengurung sebagian wilayah perairan di dekat landasan pacu sebelah barat. Pengurugan apron seluas sekitar 48 hektare itu, kata dia, merupakan cara yang bisa digunakan sedangkan metode tiang pancang dinilai berisiko salah satunya ancaman keamanan bandara. Diperkirakan untuk memperluas apron tersebut akan menelan dana sekitar Rp1,34 triliun yang dapat menampung 10 parkir pesawat berbadan lebar. Yanus melanjutkan jika menjadi apron, maka terminal VVIP akan dipindahkan ke sebelah timur tepatnya di area kargo internasional sehingga ketika ada kegiatan Kepala Negara dan tamu negara, akses menuju bandara tidak ditutup sementara sehingga penumpang bisa leluasa datang ke terminal. "Lagoon" atau lahan pengolahan limbah yang berada di sekitar kawasan itu akan dipindahkan ke areal selatan bandara. Selain itu pihaknya juga merencanakan akan menukar posisi terminal domestik dan internasional. "Kenapa dikembalikan ke posisi semula? karena lahan bandara cuma 285 hektare, bagaimana mengemas agar kebutuhan dunia terpenuhi di Bali," ucapnya. Penukaran terminal internasional (di areal timur) menjadi di barat yang saat ini terminal domestik dan sebaliknya, lanjut dia, juga untuk mengelompokkan parkir pesawat kecil (domestik) dengan kode lahan C untuk berada di apron timur dan pesawat berbadan lebar yang biasanya rute internasional dengan kode lahan F, berada satu jalur dengan apron baru di sebelah barat. Pihaknya juga akan memperluas lahan parkir pesawat di sebelah timur bandara atau lahan yang saat ini berada dekat dengan kuburan dengan kapasitas parkir pesawat mencapai 10 unit. Sehingga total jumlah pesawat yang dapat ditampung pada lahan parkir (apron) barat dan timur bandara mencapai 20 "parking stan" atau menambah jumlah saat ini yang mencapai 37 dan 16 "parking stan". Diharapkan dengan terbangunnya lahan parkir pesawat baru itu, pesawat parkir tidak lagi dalam keadaan saling membelakangi atau dialihkan ke bandara terdekat di Bali. Selain itu, pergerakan pesawat juga diharapkan bisa bertambah dari 27 pergerakan selama satu jam menjadi sekitar 35 pergerakan pesawat. Pihaknya juga tengah membangun "rapid exit taxi way" di sebelah utara bandara untuk menambah kapasitas landasan pacu sehingga mempercepat lalu lintas pesawat yang akan mendarat dan tinggal landas mengingat bandara itu hanya dilengkapi satu landasan pacu. Menurut Yanus, pengembangan infrastruktur bandara tahap pertama itu diperkirakan menelan dana total sekitar Rp 4 triliun yang diharapkan dapat dikucurkan dari internal perusahaan dengan mekanisme yang kemungkinan dapat dilakukan yakni utang atau penyertaan modal. Singeri antar-BUMN termasuk para kontraktor nasional milik negara juga akan dilakukan untuk mempercepat pengembangan bandara yang ditargetkan konstruksinya mulai Juli 2017 dan diharapkan selesai Agustus 2018. Bandara Ngurah Rai saat ini mampu melayani 20 juta penumpang per tahun dan diprediksi dalam tahun mendatang meningkat mencapai sekitar 22 juta penumpang dengan luas lahan mencapai 285 hektare. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News