KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Elon Musk, miliarder AS yang terkenal sebagai CEO Tesla dan SpaceX, serta pemilik X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), telah menggunakan platform media sosialnya dan kekayaan besar untuk mendukung upaya Donald Trump agar terpilih kembali sebagai Presiden AS. Langkah-langkah Musk dalam mendukung Trump melampaui apa yang biasanya dilakukan oleh para megadonatur politik.
Pergeseran Politik Musk
Musk, yang sebelumnya mengaku pernah memilih kandidat presiden dari Partai Demokrat, kini secara terbuka lebih condong ke Partai Republik dalam pemilihan kali ini.
Pada Juli 2024, ia secara terbuka menyatakan dukungan untuk Trump dan bahkan tampil bersama di Pennsylvania bulan ini.
Baca Juga: Elon Musk Flexing Kekayaan dan Kekuatan Politiknya Jika terpilih kembali, Trump berjanji untuk menjadikan Musk kepala komisi efisiensi pemerintahan, posisi yang menurut Musk akan membantu menyingkirkan regulasi yang dianggap buruk bagi perekonomian dan menghambat bisnis. Hal ini menimbulkan spekulasi tentang potensi konflik kepentingan, mengingat perusahaan-perusahaan Musk memiliki kontrak besar dengan pemerintah dan menghadapi regulasi ketat terkait perlindungan konsumen dan lingkungan.
Amerika PAC: Mesin Pendukung Trump
Musk telah berinvestasi besar dalam America PAC, kelompok pengeluaran politik pro-Trump, yang berfokus pada mobilisasi dan pendaftaran pemilih di negara bagian kunci. Hingga saat ini, Musk telah menyumbangkan setidaknya US$75 juta kepada PAC ini. Dalam periode Juli hingga September, America PAC menghabiskan sekitar US$72 juta, lebih banyak dibandingkan kelompok super PAC pro-Trump lainnya. Namun, America PAC menghadapi tantangan dalam mencapai target door-knocking di beberapa negara bagian, dan saat ini tengah menyelidiki klaim bahwa beberapa petugas lapangan mungkin telah memalsukan jumlah pemilih yang mereka hubungi.
Baca Juga: Mengejutkan! Tesla Proyeksikan Pertumbuhan Penjualan 30% di Tengah Tantangan Pasar EV Pengaruh di Platform X
Sebagai pemilik X, Musk telah memanfaatkan platform tersebut untuk mendukung kampanye Trump, dengan 202 juta pengikutnya sebagai audiens utama. Sejak menyatakan dukungannya, Musk telah menggunakan X untuk mempromosikan Trump, termasuk dengan membagikan konten yang menyebarkan disinformasi terkait integritas pemilu mendatang. Pada Juli, misalnya, Musk mengomentari sebuah posting dari Mike Johnson, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Republik, dan menulis, "Tujuan dari awal adalah mengimpor sebanyak mungkin pemilih ilegal," mengulang klaim palsu bahwa Partai Demokrat sengaja membiarkan warga non-AS masuk agar mereka dapat memberikan suara. Kritik terhadap Musk juga muncul karena ia membagikan video yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan (AI), yang memanipulasi suara Wakil Presiden Kamala Harris untuk menyebut dirinya sebagai "perekrutan keberagaman utama," sebuah sindiran yang dianggap merendahkan inisiatif diversity, equity, and inclusion (DEI) di tempat kerja. Musk telah berulang kali mengkritik program DEI, dengan menyebutnya sebagai "bentuk baru rasisme."
Baca Juga: Ambisi Elon Musk, Tesla akan Meluncurkan Layanan Ride Hailing Mobil Tanpa Pengemudi Program Hadiah Jutaan Dolar
Musk juga menjanjikan US$1 juta setiap hari kepada orang-orang yang menandatangani petisi online yang mendukung Amandemen Pertama dan Amandemen Kedua Konstitusi AS, yang melindungi hak atas kebebasan berbicara dan kepemilikan senjata. Petisi ini hanya terbuka bagi pemilih yang terdaftar di tujuh negara bagian kunci yang diperkirakan akan menentukan hasil pemilu presiden.
Program hadiah ini menimbulkan perdebatan hukum karena dianggap berada di area abu-abu dalam undang-undang pemilu AS. Para kritikus menganggapnya sebagai taktik untuk menarik dukungan bagi Trump.
Kampanye Bersama Trump
Pada 5 Oktober, Musk bergabung dengan Trump di sebuah kampanye di Butler, Pennsylvania, dan membuat beberapa klaim palsu tentang penipuan pemilu, yang sejalan dengan narasi Trump dalam beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Tenang! Tesla Masih Pegang Bitcoin US$780 Juta Meski Ada Transfer Besar Musk juga mendorong orang-orang untuk menggunakan X untuk mendokumentasikan dugaan kecurangan dalam pemilu, menambahkan, "Jika orang berpikir ada penipuan, mereka harus memposting gambar, video, dan bukti."
Editor: Handoyo .