KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenali apa arti Gencatan Senjata yang disepakati oleh Israel dan Hamas. Konflik antara Israel dengan Hamas di Palestina menjadi sorotan dunia. Semua orang di berbagai negara mendesak untuk menghentikan konflik tersebut agar tidak memakan lebih banyak korban. Pegiat media sosial di seluruh dunia membuat kampanye untuk mendesak PBB dan Negara lain melakukan gencatan senjata. Yang terbaru, kesepakatan gencatan senjata terjadi antara Hamas dan Israel di Gaza per 15 Januari 2025.
Apa Arti Gencatan Senjata?
Yang dilakukan saat Gencatan Senjata
Kesepakatan dari Gencatan Senjata diadakan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik untuk menghentikan sementara serangan militer dan tindakan kekerasan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan periode ketenangan yang dapat dimanfaatkan untuk berunding, bernegosiasi, atau mengurangi ketegangan dalam rangka mencapai kesepakatan damai. Gencatan senjata dapat bersifat sementara atau permanen, tergantung pada isi dari kesepakatan tersebut. Selama periode gencatan senjata, pihak-pihak yang terlibat diharapkan untuk menahan diri dari serangan militer dan tindakan ofensif lainnya. Baca Juga: Merasa Bersalah, Banyak Tentara Israel Mulai Enggan Bertempur di Gaza Proses Gencatan senjata sering kali diawasi oleh pihak ketiga atau pasukan penjaga perdamaian untuk memastikan kepatuhan semua pihak. Dalam konteks konflik Israel-Hamas melibatkan pertempuran dan ketegangan antara Israel dan Palestina, terutama terkait dengan klaim tanah dan status Yerusalem. Per 15 Januari 2025, tercapat kesepakatan Gencatan Senjata dengan beberapa poin penting ini. Baca Juga: Qatar Serahkan Draf Final Kesepakatan Gencatan Senjata ke Israel dan HamasPoin penting Gencatan Senjata Israel-Hamas
Melansir dari Reuters, fase awal gencatan senjata selama enam minggu mencakup penarikan bertahap pasukan Israel dari Gaza tengah dan kembalinya warga Palestina yang terlantar ke Gaza utara.- Kesepakatan ini mengharuskan 600 truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza setiap hari selama gencatan senjata, 50 di antaranya membawa bahan bakar, dengan 300 truk dialokasikan untuk Gaza utara.
- Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk semua perempuan (baik tentara maupun sipil), anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun. Hamas akan membebaskan sandera perempuan dan anak-anak di bawah usia 19 terlebih dahulu, diikuti oleh pria di atas 50 tahun.
- Israel akan membebaskan 30 tahanan Palestina untuk setiap sandera sipil, dan 50 tahanan Palestina untuk setiap tentara perempuan Israel yang dibebaskan oleh Hamas.
- Israel akan membebaskan semua perempuan dan anak-anak Palestina di bawah usia 19 tahun yang ditahan sejak 7 Oktober 2023, pada akhir fase pertama. Jumlah total tahanan Palestina yang dibebaskan tergantung pada jumlah sandera yang dibebaskan dan diperkirakan berkisar antara 990 hingga 1.650 orang, termasuk pria, wanita, dan anak-anak.
- Hamas akan membebaskan para sandera secara bertahap selama periode enam minggu, dengan setidaknya tiga sandera dibebaskan setiap minggu dan sisa dari 33 sandera dibebaskan sebelum akhir periode. Semua sandera yang masih hidup akan dibebaskan terlebih dahulu, diikuti dengan jenazah sandera yang telah meninggal.
- Pelaksanaan perjanjian ini akan dijamin oleh Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat.
- Negosiasi untuk fase kedua dari perjanjian ini akan dimulai pada hari ke-16 fase pertama, yang diharapkan mencakup pembebasan semua sandera yang tersisa, termasuk tentara laki-laki Israel, gencatan senjata permanen, dan penarikan penuh pasukan Israel.