KONTAN.CO.ID - Mengenal arti Gowok dalam Tradisi Jawa yang diklaim muncul dari masa feodal. Frasa ini muncul setelah film berjudul Gowok Kamasutra Jawa segera rilis di bioskop awal Juni 2025 mendatang. Kata "Gowok: merupakan salah satu budaya yang mulai ditinggalkan, namun sarat akan historis berkembang di wilayah Jawa bagian tengah. Melansir dari Jurnal UMP Purwokerto dengan judul Gowokan, Persiapan Pernikahan Laki-Laki Banyumas, Gowok adalah praktik relasi sosial yang berkembang di wilayah Jawa Tengah, yang melibatkan hubungan antara wanita dewasa dan remaja laki-laki.
1. Latar Belakang Sejarah
Tradisi gowok diperkirakan sudah eksis sejak masa kolonial, bahkan sebelumnya, sebagai bagian dari struktur sosial patron-klien dalam masyarakat feodal Jawa. Dalam struktur ini, seorang wanita dewasa menyediakan nafkah, tempat tinggal, dan bahkan pendidikan kepada seorang remaja laki-laki. Sebagai imbalannya, si remaja memberikan loyalitas, pelayanan, dan dalam beberapa kasus, hubungan emosional atau seksual. Relasi ini tidak secara eksplisit diakui oleh norma resmi, tetapi ditoleransi dalam lingkungan tertutup seperti keraton atau komunitas seniman dan abdi dalem. Baca Juga: Pengertian Kesenjangan Sosial yang Menjadi Tren TikTok, Cek Arti dan Kondisi Saat Ini Nah, Gowok seringkali dianggap sebagai "bentuk pengasuhan alternatif" atau semacam mentorship sosial yang memiliki banyak arti. Sementara, frasa lain untuk wilayah Banyumasan, Gowok dikenal dengan Gowokan. Gowok adalah sebuah profesi dari seorang perempuan, biasanya ronggeng berusia sekitar 23 tahun-30 tahun untuk memberikan pemahaman tentang hubungan seks bagi laki-laki (remaja) yang akan melangsungkan pernikahan. Interaksi antara gowok dengan seorang perjaka yang menjadi “muridnya” disebut gowokan. Sayangnya, tidak semua wanita bisa menjadi Gowok, karena perlu memiliki keahlian dan tahan terhadap godaan saat Gowokan dilakukan. Baca Juga: Apa Itu Lebaran Haji? Ini Arti, Waktu, hingga Cuti Bersama Idul Adha 20252. Cara Gowokan
Pertama, Gowokan dimulai setelah seorang perjaka membuat lamaran dan diterima oleh pihak perempuan dan tanggal pernikahan ditentukan, kedua keluarga—baik dari pihak calon pengantin laki-laki maupun perempuan—akan menentukan siapa gowok yang akan dipilih untuk memberikan "pendidikan" kepada calon pengantin laki-laki. Setelah mencapai kesepakatan, keluarga menghubungi gowok tersebut dan melakukan transaksi. Saat gowok bersedia, pihak keluarga memberikan mahar sebagaimana yang akan diberikan kepada calon pengantin perempuan, ditambah dengan “bebungah” atau hadiah sesuai kesepakatan. Baca Juga: Apa Itu Profesi Pramurukti? Ini Arti, Tugas, hingga Sertifikasi Caregiver Lansia Calon pengantin laki-laki kemudian diserahkan sepenuhnya kepada gowok. Pendidikan ini bisa dilakukan di rumah gowok, atau gowok diundang ke rumah calon pengantin. Seorang gowok akan memberikan pelajaran mengenai kehidupan rumah tangga, bukan hanya soal hubungan seksual, tetapi juga hal-hal praktis seperti cara memperlakukan istri dengan baik dan cara bersosialisasi, misalnya menghadiri hajatan. Selama masa ini, mereka tinggal berdua layaknya pasangan suami istri, termasuk memiliki dapur sendiri sebagai simbol kehidupan bersama. Masa “pergowokan” ini umumnya berlangsung hanya beberapa hari, maksimal satu minggu. Baca Juga: Apa Itu Harta Gono-Gini saat Perceraian? Arti, Dasar Hukum, dan Contoh Pembagian3. Fungsi Sosial dan Budaya
Tujuan dari gowokan adalah agar calon pengantin laki-laki sudah memiliki keterampilan dalam urusan seksual saat malam pertama, bahkan mampu membimbing istrinya dalam menjalani hubungan seksual yang memuaskan. Dalam konteks ini, gowok berperan sebagai "guru laki", yakni guru yang mengajarkan tentang hubungan suami-istri. Secara historis, praktik gowok memiliki beberapa fungsi:- Ekonomi dan proteksi: Memberikan jaminan hidup kepada remaja dari keluarga miskin.
- Pendidikan informal: Gowok sering menjadi jalur pembelajaran kesenian tradisional, seperti tari, gamelan, atau batik.
- Jaring sosial elit: Relasi ini memperkuat posisi sosial pria dewasa yang ingin memperluas pengaruhnya di komunitas lokal.
- Katarsis seksual terselubung: Dalam masyarakat dengan aturan ketat terhadap hubungan seksual, gowok menjadi "jalur tersembunyi" pelampiasan hasrat, meskipun kontroversial.
4. Perubahan dalam Era Modern
Memasuki abad ke-21, praktik gowok secara signifikan mengalami kemunduran bahkan cenderung menghilang. Seiring perkembangan teknologi informasi, substansi pendidikan lewat gowok telah tergantikan oleh peran media sebagai sumber informasi dan edukasi. Selain itu ada beberapa faktor lainnya.- Modernisasi nilai dan pendidikan: Kesadaran akan hak anak dan etika relasi semakin meningkat.
- Intervensi hukum: UU Perlindungan Anak dan regulasi pidana terhadap eksploitasi seksual telah menjadikan praktik semacam ini ilegal.
- Stigma sosial: Gowok kini lebih dipandang sebagai praktik menyimpang, bukan bagian dari budaya yang perlu dilestarikan.
- Islamisasi nilai-nilai Jawa: Dengan makin dominannya norma agama, praktik ini mengalami penolakan dari berbagai pihak.