Apa Arti Kata Ordal dalam Bahasa Gaul? Ini Pengertian dan Kaitannya dengan Nepotisme



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketahui arti kata Ordal dalam Bahasa Gaul di Internet. Istilah tersebut menjadi salah satu slang dalam bahasa Indonesia yang dipakai dalam berbagai fenomena masyarakat hingga dunia kerja terjadi.

Kata "Ordal" muncul dalam berbagai peristwia yang terjadi di sebuah korporasi hingga pemerintahan. Ordal merupakan akronim dari "Orang dalam" menjadi istilah yang digunakan untuk merujuk pada individu atau pihak yang memiliki akses di dalam suatu organisasi atau kelompok tertentu.

Orang dalam dapat memiliki posisi atau peran yang memberikan keuntungan untuk mendapatkan posisi, informasi, atau kebijakan yang tidak diketahui oleh pihak lain di luar kelompok tersebut.


Dalam konteks keamanan dan kerahasiaan, istilah "orang dalam" seringkali digunakan untuk merujuk pada seseorang yang dengan sengaja atau tidak.

Baca Juga: 9 Gaya Foto yang Terlarang Bagi ASN Jelang Pemilu, Hati-Hati dengan Pose Ini

Hubungan kata Ordal dengan Nepotisme

Kata Ordal atau orang dalam sering digunakan untuk mengganti kata lain dalam fenomena praktik Nepotisme. Apa itu Nepotisme? Ini merupakan praktik memberikan perlakuan istimewa atau keuntungan kepada anggota keluarga, terutama dalam hal pemberian pekerjaan atau promosi di tempat kerja.

Nepotisme menjadi tindakan melibatkan teman atau keluarga dalam urusan bekerja atau masuk ke dalam sebuah organisasi. Hal ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk di tempat kerja yang berbeda.

Melansir dari People Spheres, praktik ini mencakup hubungan pribadi apa pun yang mungkin dimiliki oleh seseorang yang memiliki kekuasaan atau pengaruh perusahaan, termasuk hubungan keluarga seperti hubungan orang tua-anak, persahabatan, dan hubungan yang lebih intim.

Biasanya, nepotisme terjadi ketika seseorang yang memiliki kekuasaan atau pengaruh di suatu organisasi memilih atau mempromosikan anggota keluarganya tanpa mempertimbangkan kualifikasi atau kompetensi yang sebenarnya.

Baca Juga: Penjelasan Soal Chatbot Pemilu 2024 dan Cara Mengaksesnya

Praktik orang dalam atau Nepotisme dapat menciptakan ketidaksetaraan dan ketidakadilan di tempat kerja, karena keputusan yang diambil lebih didasarkan pada hubungan keluarga daripada pada merit atau kinerja seorang individu. Selain itu, hal ini dapat merugikan moral di antara karyawan yang merasa bahwa kesempatan untuk kemajuan profesional dipengaruhi oleh faktor non-kinerja.

Saat seseorang merujuk seorang kandidat untuk bekerja di suatu organisasi, yang tidak sepenuhnya memenuhi syarat untuk peran tersebut, namun seseorang ditawari posisi tersebut karena hubungan pribadi dengan staf, ini merupakan contoh nepotisme.

Nepotisme atau ordal juga bisa terjadi dalam suatu organisasi sebagai promosi dan kenaikan gaji. Terkadang, seseorang yang berkuasa atau berpengaruh di sebuah perusahaan mungkin lebih menyukai individu karena hubungan pribadinya dan memastikan bahwa diberi promosi dan kenaikan gaji khusus.

Meskipun seseorang tersebut memanfaatkan jaringan untuk memajukan karier, hal ini tidak adil bagi karyawan lain dalam organisasi yang tidak mendapatkan manfaat dari hak istimewa ini.

Banyak organisasi dan perusahaan memiliki kebijakan anti-nepotisme untuk mencegah konflik kepentingan dan memastikan proses rekrutmen dan promosi berlangsung secara adil dan objektif.

Kenapa kata ordal digunakan sebagai satir dalam fenomena nepotisme?

Praktik nepotisme dianggap negatif karena melibatkan pemberian perlakuan khusus atau keuntungan kepada anggota keluarga atau saudara tanpa mempertimbangkan kualifikasi, keahlian, atau kapasitas seseorang.

Kata ini kerap digunakan untuk menyentil fenomena tertentu dengan konotasi negatif. Beberapa alasan mengapa praktik ordal atau nepotisme dianggap buruk antara lain:

  • Ketidakobjektifan dalam Seleksi: Adanya praktik nepotisme dapat menyebabkan ketidakobjektifan dalam proses seleksi. Keputusan yang seharusnya didasarkan pada kualifikasi dan kompetensi bisa terpengaruh oleh hubungan keluarga.
  • Ketidaksetaraan Peluang: Ketika nepotisme terjadi, individu yang terkait dengan figur berpengaruh memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan pekerjaan atau posisi, sementara individu lain yang lebih berkompeten mungkin diabaikan.
  • Risiko rendahnya Kinerja dan Produktivitas: Karyawan yang ditempatkan dalam posisi berdasarkan hubungan keluarga dan bukan kualifikasi atau kemampuan kerja cenderung memiliki motivasi rendah, yang dapat merugikan produktivitas dan kinerja organisasi.
  • Ketidakpuasan Karyawan: Praktik nepotisme dapat menciptakan ketidakpuasan di antara karyawan lain yang merasa bahwa kesempatan dan penghargaan tidak diberikan secara adil.
  • Kehilangan Kepercayaan: Praktik nepotisme dapat merusak citra organisasi dan menurunkan kepercayaan baik di internal maupun eksternal. Orang mungkin beranggapan bahwa keberhasilan atau kegagalan seseorang tidak didasarkan pada prestasi atau kemampuan, tetapi semata-mata pada hubungan keluarga.
  • Pengabaian Potensi Sumber Daya Manusia: Kebijakan nepotisme bisa menyebabkan pengabaian terhadap bakat dan keterampilan yang mungkin dimiliki oleh individu di luar keluarga atau hubungan keluarga tertentu.
Itulah informasi terbaru terkait salah satu bahasa gaul seperti kata ordal dan kaitannya dengan praktik nepotisme dalam sebuah organisasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News