Apa dampak penurunan daya beli 40% warga miskin?



KONTAN.CO.ID - Ekonom Universitas Indonesia Faisal Basri mengatakan, terjadi penurunan daya beli pada kelompok 40% termiskin. Namun demikian, ini belum menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan, selama kelompok masyarakat menengah ke atas masih cukup kuat.

“Sepanjang kelompok mid-40 dan top-20 masih “bugar,” daya beli masyarakat secara keseluruhan tidak akan merosot,” tulis Faisal dalam situs pribadinya yang dikutip KONTAN, Kamis (28/9).

Menurut Faisal, penurunan daya beli bottom-40 belum menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan karena porsi belanja bottom-40 hanya 17%.


Faisal mencatat, indikasi penurunan daya beli pada kelompok 40% termiskin sendiri bisa dilihat dari nilai tukar petani sejak November 2014 hingga Agustus 2017 yang turun dari 102,87 menjadi 101,60. Khusus untuk NTP pangan penurunannya lebih tajam, dari 102,0 menjadi 98,3.

Upah riil buruh tani juga merosot 2,49% selama kurun waktu November 2014 hingga Agustus 2017. Pada kurun waktu yang sama, upah riil buruh bangunan di perkotaan pun mengalami penurunan sebesar 2,12%.

Indikasi lainnya terlihat dari kenaikan jumlah pekerja informal dari 57,94% pada Februari 2015 menjadi 58,35% pada Februari 2017.

“Penurunan daya beli kelompok 40% termiskin antara lain tercermin dari penurunan penjualan sepeda motor dalam tiga tahun terakhir, masing-masing minus 15,2% pada 2015, minus 7,3% pada 2016, dan minus 13,1% pada Januari-Juli 2017,” katanya.

Ia melanjutkan, ada beberapa indikasi penurunan daya beli juga telah merembet ke kelompok 40% berpendapatan menengah, khususnya menengah-bawah dan menengah-tengah. Hal ini lantaran gaji pegawai negeri/TNI/Polri tidak naik sejak 2016 dan pencabutan subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA yang sekitar 19 juta pelanggan.

Namun, kelompok berpendapatan mengengah-atas dan 20% terkaya tampak masih menikmati peningakatan daya beli. Salah satu indikatornya menurut Faisal terlihat dari kenaikan penjualan mobil dalam dua tahun terakhir, masing-masing 4,8% pada 2016 dan 4,1% pada januari-Juli 2017.

“Indikator lainnya adalah peningkatan jumlah penumpang angkutan udara yang mencapai dua digit selama semester I-2017, masing-masing 10,2 persen untuk penumpang angkutan udara domestik dan 13,5% untuk penumpang udara internasional,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia