KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenali arti cancel culture yang muncul di media sosial. Kata yang biasanya muncul saat seorang aktor, aktris, dan tokoh terkena masalah yang perlu dipahami oleh penggemar maupun masyarakat. Ada beberapa negara yang kerap menerapkan cancel culture yakni Korea Selatan dan Amerika Serikat. Cancel culture merupakan fenomena sosial di mana individu atau kelompok dihakimi dan diboikot secara publik. Sering kali aktivitas ini di media sosial, karena dianggap telah melakukan sesuatu yang salah atau kontroversial.
Sejarah cancel culture
Penerapan cancel culture
Saat ini, salah satu negara yang seringkali melakukan cancel culture adalah Korea Selatan. Cancel culture di Korea Selatan biasanya dilakukan terhadap tokoh publik atau selebriti Korea yang tersandung skandal. Bentuk cancel culture di Korea pun bermacam-macam seperti pembatalan sejumlah kontrak kerja sama, pengurangan scene dalam sebuah drama, penghapusan peran, boikot dan jumlah fans berkurang. Cancel culture memiliki dampak yang luas dan kompleks, baik bagi individu maupun masyarakat. Berikut adalah beberapa dampaknya: 1. Dampak Terhadap Individu Saat cancel culture dilakukan ke individu, ada beberapa dampak yang terjadi.- Kerugian Reputasi: Individu yang menjadi target cancel culture sering kali mengalami kerugian reputasi yang serius. Mereka dapat kehilangan pekerjaan, kesempatan karier, dan dukungan sosial.
- Tekanan Psikologis: Dikecam secara publik dapat menyebabkan tekanan emosional yang signifikan, termasuk stres, kecemasan, dan depresi.
- Kehilangan Privasi: Proses cancel culture sering melibatkan penyebaran informasi pribadi, yang dapat mengakibatkan hilangnya privasi bagi individu yang terkena dampaknya.
- Polarisasi Sosial: Cancel culture dapat memperdalam polarisasi dalam masyarakat, karena orang-orang cenderung berkelompok berdasarkan pandangan dan nilai-nilai tertentu, sehingga memperuncing perbedaan dan konflik.
- Pembatasan Kebebasan Berekspresi: Karena takut akan pembalasan, orang mungkin menjadi enggan untuk mengungkapkan pandangan atau opini yang kontroversial, yang dapat membatasi kebebasan berekspresi dan dialog yang sehat dalam masyarakat.
- Penghakiman Sosial: Cancel culture bisa mendorong penghakiman sosial yang cepat dan tidak selalu adil, di mana individu atau kelompok dihukum tanpa proses yang jelas atau kesempatan untuk membela diri.
- Kehilangan Konsumen: Perusahaan yang terlibat dalam kontroversi dapat kehilangan konsumen yang memboikot produk atau layanan mereka.
- Kerugian Finansial: Selain kehilangan konsumen, perusahaan dapat menghadapi kerugian finansial akibat penurunan penjualan atau kerusakan reputasi.
- Tekanan untuk Bertindak: Perusahaan sering kali berada di bawah tekanan untuk mengambil tindakan cepat, seperti memecat karyawan atau menarik produk, yang dapat berdampak pada operasi dan citra perusahaan.