Apa Itu Diet Tanpa Gula? Ini Manfaat dan Risikonya



DIET TANPA GULA - Pernah mendengar diet tanpa gula? Diet tanpa gula kerap disebut sebagai diet bebas gula. Dengan kata lain, diet yang dilakukan adalah dengan cara  membatasi asupan gula. 

Melansir verywellfit.com, pembatasan gula ini tidak hanya mencakup makanan manis seperti permen dan soda, namun juga gula tambahan yang dapat ditemukan tersembunyi dalam makanan gurih seperti saus pasta. 

Adapun versi yang lebih ekstrim dari diet tanpa gula mungkin juga membatasi makanan yang mengandung gula alami seperti buah-buahan dan sayuran. 


Akan tetapi hal ini biasanya tidak direkomendasikan sebagai bagian dari diet sehat dan seimbang.

Ketika para ahli diet dan nutrisi merujuk pada makanan "bergula", mereka paling sering mengacu pada makanan yang mengandung banyak tambahan gula.

Yaitu, segala jenis pemanis kalori yang ditambahkan ke dalam makanan.

Asal tahu saja, pemanis buatan, seperti sukralosa, bersifat non-kalori. 

Gula menyediakan energi (yaitu kalori) namun tidak memberikan nilai gizi tambahan. Itulah sebabnya kalori dari gula sering diberi label "kalori kosong".

Masalah makanan manis dimulai dengan makan atau minum terlalu banyak. 

Makanan dengan tambahan gula seringkali tidak memiliki cukup vitamin dan mineral untuk menggantikan semua kalori gula tambahan.

Baca Juga: 10 Manfaat Belimbing untuk Kesehatan & Kandungan Gizinya

Akibatnya, mengonsumsi terlalu banyak gula berkontribusi pada penambahan berat badan dan masalah kesehatan.

Intinya adalah meskipun sedikit gula mungkin baik-baik saja, banyak gula menyebabkan penambahan berat badan dan penyakit kronis. 

Mereka yang mengikuti diet tanpa gula menghindari gula tambahan untuk mendorong penurunan berat badan dan meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan.

Manfaat Diet Tanpa Gula

Mengutip Stylecraze, berikut adalah sejumlah manfaat diet tanpa gula:

1. Membantu Menurunkan Berat Badan

Asupan makanan manis dan minuman manis yang berlebihan dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas akibat peningkatan asupan kalori. 

Namun, penggunaan pemanis non-nutrisi terbukti dapat membantu pengelolaan berat badan yang sehat.

2. Mengurangi Risiko Penyakit Jantung

Pola makan tinggi gula dan pati olahan dapat meningkatkan kadar trigliserida puasa dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (CVD). 

American Heart Association merekomendasikan untuk mengurangi asupan gula dan menghindari fruktosa (bukan sukrosa) untuk mencegah kadar trigliserida tinggi.

3. Meningkatkan Kesehatan Hati

Asupan gula tambahan dapat menyebabkan penumpukan lemak hati dan kemungkinan menyebabkan penyakit hati berlemak non-alkohol (NAFLD). 

Diet rendah gula untuk penderita obesitas dan NAFLD dapat membantu mengurangi steatosis hati, fibrosisi, dan peradangan – dan pada akhirnya meningkatkan kesehatan hati.

4. Mencegah Perubahan Suasana Hati

Asupan makanan manis, minuman, dan gula tambahan dapat menyebabkan masalah mood dan meningkatkan kemungkinan gangguan mental umum. 

Asupan makanan manis yang tinggi juga dapat menyebabkan peradangan kronis. Hal ini dapat menyebabkan perubahan neurotransmittersi dan menimbulkan gejala depresi. Menurunkan asupan gula dapat mencegah perubahan suasana hati dan mengurangi risiko depresi.

Baca Juga: Cara Cek Gula Darah Sendiri, Apakah Gula Darah 400 Normal?

5. Mengurangi Risiko Diabetes Tipe 2

Kebiasaan konsumsi makanan manis dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2, meski seseorang tidak kelebihan berat badan. 

Risiko ini dapat disebabkan oleh jus buah dan pemanis buatan. Tak satu pun dari keduanya dapat dianggap sebagai alternatif yang cocok untuk minuman manis dalam hal pencegahan diabetes tipe 2. 

6. Mengelola Tingkat Tekanan Darah

Asupan tinggi minuman manis dikaitkan dengan tingkat tekanan darah sistolik yang lebih tinggi. Dalam sebuah penelitian prospektif yang dilakukan pada 810 orang dewasa di Amerika, konsumsi gula yang lebih rendah dikaitkan dengan penurunan tingkat tekanan darah sistolik dan diastolik.

7. Meningkatkan Kesehatan Kulit

Asupan makanan manis dapat meningkatkan produksi sebum dan seringkali menimbulkan jerawat. Hal ini juga dapat menyebabkan ikatan silang serat kolagen dan mengakibatkan perubahan pada struktur kulit. Hal ini dapat meningkatkan kekakuan kulit, mengurangi elastisitas kulit, dan mempercepat penuaan.

Risiko Diet Bebas Gula

Mengutip Stylecraze, perubahan pola makan yang tiba-tiba dapat menimbulkan gejala yang tidak menyenangkan. Anda mungkin mengalami gejala pengurangan gula berdasarkan berapa banyak gula yang biasa Anda konsumsi sebelumnya. 

Sesuai bukti anekdotal, gejala pengurangan gula yang umum termasuk sakit kepala, pusing, kelelahan, mengidam gula dan junk food, dan masalah tidur. 

Baca Juga: 8 Kebiasaan Ini Wajib Dilakukan Penderita Hipertensi, Hasilnya Tak Akan Mengecewakan

Meskipun hal ini dapat berlangsung hingga dua hingga tiga minggu, penting untuk mengatasinya agar dapat beradaptasi dengan gaya hidup baru Anda.

Setelah Anda memulai diet ini, Anda dapat mengonsumsi makanan bergizi lain yang kaya gula alami untuk menjaga energi dan menenangkan selera Anda. 

Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi sebelum memulai diet ini, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie