Apa Itu Doom Spending di Kalangan Gen Z? Pengertian, Penyebab, dan Cara Mencegahnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pahami apa itu Doom Spending yang viral di media sosial. Pembahasan terkait gaya hidup Generasi Z menjadi sorotan terkait adanya fenomena pemborosan.

Saat dunia yang semakin terhubung dengan teknologi dan media sosial, belanja impulsif menjadi semakin mudah diakses dan sering terjadi tanpa banyak pertimbangan.

Seseorang dapat terpengaruh untuk mengikuti gaya hidup seseorang dengan kelas ekonomi yang berbeda. Hal ini membuat seseorang dapat memaksakan kebutuhan secara besar-besaran dan tanpa terencana.


Lalu, istilah Doom Spending berkaitan dengan apa saja? pahami pengertian, penyebab, dan cara mencegahnya.

Baca Juga: Apa Arti Well Deserved dalam Bahasa Gaul? Ini Contoh Penggunaannya

Pengertian Doom Spending

Doom spending merupakan perilaku belanja impulsif yang terjadi sebagai reaksi terhadap stres atau perasaan tidak berdaya, sering kali dipicu oleh berita buruk atau suasana hati yang negatif.

Orang yang terjebak dalam doom spending cenderung membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan atau inginkan secara mendalam, sebagai cara untuk merasa lebih baik secara emosional, meskipun dampaknya dapat membebani keuangan mereka.

Fenomena ini sering kali terjadi bersamaan dengan doomscrolling, di mana seseorang terus-menerus membaca berita negatif di media sosial atau situs berita, yang kemudian memperburuk perasaan pesimis tentang masa depan.

Baca Juga: Apa Arti Tone Deaf di Media Sosial? Ini Pengertian dan Tanda pada Seseorang

Penyebab Doom Spending

Doom Spending biasanya disebabkan oleh kombinasi faktor emosional dan psikologis yang terkait dengan stres, kecemasan, dan perasaan tidak berdaya. Beberapa penyebab utama Doom Spending meliputi:

  • Stres dan Kecemasan: Ketika seseorang merasa cemas atau tertekan, belanja dapat menjadi cara untuk mendapatkan kepuasan instan atau melarikan diri dari perasaan negatif. Ini dikenal sebagai belanja emosional.
  • Doomscrolling: Menghabiskan waktu terlalu lama membaca berita buruk atau konten negatif di media sosial bisa membuat seseorang merasa pesimis atau tidak berdaya. Ini dapat memicu dorongan untuk membeli barang sebagai bentuk kompensasi emosional atau pengalihan perhatian.
  • Kebiasaan Konsumtif yang Mudah: Teknologi modern telah memudahkan proses belanja, dengan pembayaran cepat seperti "klik satu kali" atau pembayaran digital yang mengurangi kesadaran akan pengeluaran. Hal ini membuat orang lebih cenderung melakukan pembelian impulsif tanpa banyak pertimbangan.
  • Pengaruh Sosial Media: Melihat gaya hidup mewah teman atau influencer di media sosial bisa memicu perasaan bahwa seseorang harus "mengejar ketertinggalan" atau memenuhi standar tertentu, yang pada akhirnya mendorong pembelian yang tidak direncanakan.

Cara mencegah Doom Spending

Ada beberapa panduan untuk mencegah adanya Doom Spending di kemudian hari, dilansir dari About Schwab.

1. Buat cara sulit untuk berbelanja

Belanja impulsif sering terjadi ketika konsumen tidak mempertimbangkan apakah mereka benar-benar membutuhkan atau menginginkan barang tersebut, atau bagaimana pembelian itu dapat memengaruhi keuangan mereka. Cara untuk menghentikan siklus belanja impulsif ini adalah dengan menambahkan penghalang.

Saat ini, metode pembayaran semakin mudah, baik melalui klik cepat di laptop atau cukup dengan HP di QR toko, yang membuat belanja terasa tidak seperti mengeluarkan uang.

Cobalah untuk memberi waktu berpikir dengan cara menghapus informasi kartu kredit yang tersimpan di situs belanja online, dan gunakan uang tunai saat berbelanja di toko fisik.

Proses memasukkan informasi kartu kredit atau mencari uang di dompet dapat membantu menyadari dampak pengeluaran dan mempertimbangkan apakah pembelian tersebut benar-benar perlu.

Untuk pembelian online yang tidak mendesak, coba tunggu 24 jam sebelum mengonfirmasi pembelian. Anda menyadari bahwa Anda sebenarnya tidak butuh sepatu keren yang Anda lihat saat scroll Instagram larut malam.

2. Ubah kebiasaan di media sosial/online

Belanja impulsif dan doomscrolling memiliki akar yang sama, yaitu kebiasaan terus-menerus terjebak dalam berita buruk di media sosial atau situs berita. Meski penting untuk mengikuti berita, terlalu banyak mengonsumsi konten berat dapat membuat Anda merasa tidak perlu merencanakan masa depan.

Inilah saatnya untuk istirahat sejenak dari online dan melakukan sesuatu untuk diri sendiri secara offline, seperti berolahraga, berkumpul dengan teman, atau mengajak anjing ke taman.

Media sosial juga bisa membuat Anda merasa perlu mengikuti gaya hidup orang lain, membelanjakan uang dengan cara yang sama. Padahal, media sosial hanya menunjukkan sebagian cerita. Teman atau influencer mungkin memiliki sumber pendapatan lain atau berutang untuk membiayai gaya hidup mewah mereka.

Pertimbangkan untuk mengurangi waktu di media sosial atau fokus pada konten yang membuat Anda merasa lebih baik.

3. Persiapkan finansial untuk masa depan

Anggapan bahwa belanja untuk mengatasi stres saat ini hanya akan membuat stres di masa depan semakin besar. Namun, saat Anda mengambil langkah untuk memperbaiki kondisi keuangan, Anda dapat mengurangi kecemasan.

Meskipun mungkin sulit untuk menabung 10% atau 15% dari penghasilan Anda untuk pensiun, menyisihkan sedikit saja lebih baik daripada tidak menabung sama sekali. Bahkan investasi kecil bisa tumbuh menjadi tabungan besar seiring waktu.

Itulan penjelasan terkait apa arti Doom Spending hingga cara mencegahnya untuk perencanaan keuangan lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News