KONTAN.CO.ID - Glukosa adalah salah satu dari jenis gula. Selain glukosa dikenal pula fruktosa yang biasanya berasal dari buah-buahan. Kemudian ada pula sukrosa, yakni jenis gula disakarida yang terbentuk dari fruktosa dan glukosa. Glukosa adalah salah satu nutrisi yang paling penting dan diperlukan tubuh sebagai sumber energi. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, glukosa bisa saja jadi sumber penyakit. Seperti diabetes maupun penyakit terkait lainnya akibat komplikasi.
Apa itu glukosa?
Sumber glukosa
Dilansir dari Food Insight, glukosa adalah monosakarida yang paling umum ditemukan di alam. Pada tanaman, glukosa dihasilkan melalui fotosintesis. Beberapa tanaman menyimpan glukosa dalam rantai yang terhubung. Rantai ini disebut pati. Makanan yang mengandung pati termasuk jagung, kentang, beras dan gandum. Monosakarida glukosa (bukan sebagai bagian dari pati) juga ditemukan secara alami di beberapa makanan. Sumber makanan dengan konsentrasi glukosa sangat tinggi adalah madu, diikuti oleh buah-buahan kering seperti kurma, aprikot, kismis, plum dan buah ara. Nah, yang jadi masalah, terkadang orang terlalu banyak mengonsumsi makanan yang dibuat dari gula, sehingga meningkatkan risiko penyakit. Ini berbeda ketika orang memakan gula alami dari buah-buahan. Baca Juga: Ini 10 Makanan Rendah Gula untuk Penderita Diabetes Agar Gula Darah TerkontrolBeda glukosa sebagai gula alami dan tambahan
Gula yang kita konsumsi sering digambarkan sebagai gula alami atau gula tambahan, tergantung dari sumbernya. Glukosa dianggap sebagai gula alami bila dikonsumsi langsung dari makanan utuh seperti aprikot dan kurma. Glukosa dianggap sebagai gula tambahan saat dikonsumsi dari makanan dan minuman kemasan yang telah ditambahkan selama pembuatan, terutama gula pasir yang dibuat dari tanaman tebu. Masalah konsumsi glukosa adalah masalah dihampir semua negara. Baca Juga: Sayuran yang Dilarang Saat Sakit Batuk, Kenali Cara Menyembuhkan Batuk dengan AlamiBagaimana glukosa dicerna?
Glukosa secara teknis tidak memerlukan pencernaan. Sebaliknya, glukosa diserap di usus kecil langsung ke aliran darah, di mana glukosa dapat digunakan untuk energi atau akhirnya disimpan sebagai glikogen di otot dan hati. Kita mengkonsumsi glukosa langsung dari makanan seperti madu. Serta mendapatkan glukosa dari makanan dan minuman yang mengandung laktosa, sukrosa dan pati. Saat kita makan makanan yang mengandung pati, air liur di mulut kita harus terlebih dahulu memecah pati menjadi maltosa (salah satu jenis glukosa). Maltosa kemudian dipecah lebih lanjut menjadi unit glukosa, membuatnya bisa lebih mudah untuk diserap oleh darah. Baca Juga: Bisa ke Ginjal dan Mata, Ini 5 Komplikasi Diabetes Melitus dan Cara Mencegahnya Mirip dengan pencernaan maltosa, ketika kita mengonsumsi laktosa dan sukrosa, glukosa diserap setelah dipisahkan dari monosakarida pasangannya (galaktosa dalam laktosa dan fruktosa dalam sukrosa). Proses dalam pencernaan disakarida dan pati membuatnya lebih lama untuk menyerap glukosa, yang menghasilkan lebih sedikit kenaikan gula darah daripada mengonsumsi glukosa secara langsung. Itu sebabnya, jarang orang menderita gula darah tinggi akibat mengonsumsi buah-buahan meski dalam jumlah banyak. Sebaliknya, gula darah bisa dengan cepat naik saat orang terlalu banyak makan makanan mengandung gula buatan. Baca Juga: Gula Darah Tinggi Bisa Normal Lagi, Ini Ragam Manfaat Kunyit untuk KesehatanGlukosa adalah penyebab diabetes?
Dikutip dari MayoClinic, gejala diabetes tipe 1 sering muncul secara tiba-tiba dan seringkali menjadi alasan untuk pemeriksaan kadar gula darah. Karena gejala diabetes tipe lain dan pradiabetes muncul secara bertahap atau mungkin tidak mudah didiagnosa.- Siapa pun dengan indeks massa tubuh lebih tinggi dari 25 (23 untuk Asia-Amerika), tanpa memandang usia, yang memiliki faktor risiko tambahan. Faktor-faktor ini termasuk tekanan darah tinggi, kadar kolesterol non-tipikal, gaya hidup yang tidak aktif bergerak, riwayat sindrom ovarium polikistik atau penyakit jantung, dan memiliki kerabat dekat dengan diabetes.
- Siapa pun yang lebih tua dari usia 35 disarankan untuk mendapatkan skrining gula darah awal. Jika hasilnya normal, mereka harus diskrining setiap tiga tahun setelahnya.
- Wanita yang pernah menderita diabetes gestasional disarankan untuk melakukan skrining diabetes setiap tiga tahun.
- Siapa pun yang telah didiagnosis menderita pradiabetes dan pengidap HIV disarankan untuk dites setiap tahun.