MOMSMONEY.ID - Greenflation adalah kenaikan harga yang terjadi karena tingginya permintaan mineral untuk mengurangi emisi karbon tidak diimbangi dengan jumlah pasokan yang terbatas. Di sisi lain beberapa negara mulai mengurangi ketergantungan dengan energi yang dianggap kotor. Greenflation terjadi karena upaya suatu negara menggunakan energi hijau. Ekonom Stanford Gregory Roston mengatakan hampir secara universal, banyak negara sepakat menerapkan pajak karbon atau pajak emisi setara dengan biaya sosial karbon yang akan muncul. Sehingga menerapkan pajak ini adalah cara terbaik membayar dampak buruk akibat penggunaan karbon.
Baca Juga: Chatime Flash Sale Serba Rp 15.000 dan Grand Opening Promotion di Summarecon Mall Namun Gregory Roston berpendapat meski pajak karbon merupakan solusi paling efisien ada kemungkinan solusi lain yang bersifat peraturan bisa membantu saat tak menerapkan pajak karbon. Melansir situs berita Stanford, misalnya menggunakan standar udara bersih bagi pembangkit listrik tenaga batu bara, rencana pembatasan perdagangan, atau standar penghematan bahan bakar rata-rata untuk penjualan mobil. Sehingga tidak menggunakan sistem pajak yang dirasa memberatkan masyarakat. Namun solusi ini bisa efektif jika ada redistribusi pendapatan negara yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat berdasarkan aktivitas mengemudi atau penggunaan emisi sehingga lebih bisa diterima. Melansir Worldbank, hal selanjutnya yang bisa dilakukan untuk mengatasi greenflation adalah menerapkan ekonomi sirkuler, salah satunya mengembangkan proses simbiosis industri. Sebuah implementasi dari prinsip daur ulang dan menggunakannya kembali.
Baca Juga: Apa Itu Demo Rompi Kuning di Prancis Dampak dari Green Inflation? Adapun dengan menerapkan ekonomi sirkules ini, menurut Ellen MacArthur Foundation 2015 mengestimasikan Eropa bisa meningkatkan produktifitas hingga 3%, sehingga bisa mempertahankan pertumbuhan harga dari sisi suplai dan mendorong pertumbuhan ekonomi di 2050.
Adapun pada tahun 2030 peningkatan produktivitas bisa menghasilkan penghematan biaya hingga 500 miliar Euro per tahun dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi hingga 7 persen poin. Namun dalam implementasinya, ekonomi sirkuler ini membutuhkan komitmen kuat seperti menerapakan standar kualitas bahan mentah daur ulang, menetapkan aturan soal pertukaran barang mentah daur ulang, memberikan insentif bahan daur ulang dalam prouduk dan infrastruktur. Nah simbiosis industri ini berati bisa menciptakan kawasan industri dengan produksi yang melingkar. Sehingga limbah yang dihasilkan suatu pabrik bisa menjadi bahan mentah untuk perusahaan lain. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Benedicta Alvinta