Apa Itu Hamas? Simak Sejarah, Tujuan, Serta Sumber Dananya



Apa Itu Hamas - Pasukan Hamas melancarkan serangan skala besar ke wilayah Israel pada hari Sabtu (7/10) lalu. Serangan yang masih berlangsung tersebut telah menewaskan hingga 700 orang dari pihak Israel.

Serangan tersebut membuat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memberikan peringatan adanya perang yang panjang dan sulit dalam beberapa waktu ke depan.

Jet-jet tempur Israel pun telah dikirim dan membombardir Jalur Gaza, meratakan gedung-gedung tinggi dan lingkungan sipil. Pertempuran antara militer Israel dan milisi Hamas ini sepertinya benar-benar akan berlangsung lama.


Lalu, siapa itu Hamas? Sejak kapan mereka ada dan apa tujuannya? Berikut adalah ulasan singkat mengenai profil Hamas, disarikan dari berbagai sumber.

Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza Tertahan di Mesir Karena Dihalangi Israel

Asal-Usul Berdirinya Hamas

Hamas adalah kependekan dari Harakat Al-Muqawamah Al-Islamiyyah atau dalam bahasa Indonesia berarti Gerakan Perlawanan Islam.

Pada dasarnya Hamas adalah gerakan nasionalis dan Islamis warga Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Kelompok ini didedikasikan untuk pembentukan negara Islam merdeka di Palestina

Hamas didirikan pada tahun 1987 sebagai cabang dari Muslim Brotherhood atau Ikhwanul Muslimin yang berbasis di Mesir. Hamas menentang upaya pendekatan sekular yang dilakukan oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk mendamaikan Palestina dan Israel. 

PLO berharap ada pembagian wilayah sebagai bagian dari kesepakatan damai, sementara Hamas menghendaki kendali penuh atas semua wilayah Palestina yang telah ada sebelum Israel muncul.

Baca Juga: Rusia dan AS Berselisih di Dewan Keamanan PBB Terkait Perang Israel-Hamas

Tujuan Gerakan Hamas

Saat ini Hamas secara politis menguasai Jalur Gaza dengan wilayah seluas sekitar 365 km persegi yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari dua juta orang.

Mengutip Al Jazeera, Hamas telah berkuasa di Jalur Gaza sejak tahun 2007, tepatnya sejak perang singkat melawan pasukan Fatah yang setia kepada Presiden Mahmoud Abbas.

Untuk mencapai tujuan mendirikan sebuah negara Islam di kawasan Palestina dan seluruh kawasannya yang diduduki Israel, Hamas berjuang lewat jalur politik dan militer.

Dari jalur politik, Hamas aktif dalam kontestasi politik Palestina. Kelompok ini bahkan sempat pemilu tahn 2006 dan terus memperluas pengaruhnya hingga saat ini.

Pemimpin Hamas saat ini, Ismail Abdel Salam Ahmed Haniyeh, merupakan politisi senior Palestina dan sempat menjabat Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina. Haniyeh sangat dihormati para pejuang karena dirinya lahir di sebuah kamp pengungsi di Jalur Gaza pada tahun 1962.

Dari jalur militer, Hamas saat ini memiliki pasukan yang disebut Brigade Izz ad-Din al-Qassam. Pasukan ini juga yang bertanggung jawab atas serangan terhadap Israel baru-baru ini.

Baca Juga: Mahmoud Abbas: Tindakan Hamas Tidak Mewakili Rakyat Palestina

Pendukung Hamas

Gerakan Hamas yang sangat subur merupakan bagian dari aliansi regional yang beranggotakan Iran, Suriah, Qatar, dan kelompok Hizbullah di Lebanon. Seluruh anggotanya kompak menentang kebijakan AS terhadap Timur Tengah dan Israel.

Hamas dan kelompok Islamic Jihad juga kerap menyatukan kekuatan melawan Israel. Islamic Jihad yang merupakan kelompok bersenjata terbesar kedua di kawasan tersebut juga menjadi sekutu terpenting Hamas, karena mampu mengoordinasikan aktivitas militer di antara berbagai kelompok bersenjata di Gaza.

Sayangnya, hubungan keduanya sempat memanas karena Hamas memberikan tekanan pada Islamic Jihad untuk menghentikan serangan terhadap Israel.

Baca Juga: AS Gunakan Hak Veto untuk Menolak Gencatan Senjata dalam Konflik Israel-Hamas

Sumber Dana Hamas

Menurut para pengamat, uang tunai disalurkan melalui terowongan Gaza atau menggunakan mata uang kripto untuk menghindari sanksi internasional.

Mengutip Reuters, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa Iran menyediakan hingga US$100 juta per tahun untuk mendukung kelompok-kelompok Palestina termasuk Hamas. Pengiriman dana umumnya dilakukan melalui perusahaan cangkang, pengiriman barang, dan logam mulia.

Departemen Luar Negeri AS juga menemukan bahwa tahun lalu Hamas membentuk jaringan rahasia perusahaan yang mengelola investasi senilai US$500 juta di perusahaan-perusahaan mulai dari Turki hingga Arab Saudi.

Matthew Levitt, mantan pejabat AS yang berspesialisasi dalam kontraterorisme, memperkirakan sebagian besar anggaran Hamas yang berjumlah lebih dari US$300 juta berasal dari pajak bisnis, serta dari negara-negara termasuk Iran dan Qatar atau badan amal.

Dalam laporannya bulan Februari lalu, Departemen Luar Negeri AS juga menyebutkan bahwa mengumpulkan dana di negara-negara Teluk lainnya dan mendapatkan sumbangan dari warga Palestina, ekspatriat lainnya, dan badan amal mereka sendiri.