Apa Itu Silent Majority yang Dianggap Sumbang Kemenangan Prabowo-Gibran di Pemilu?



KONTAN.CO.ID - Silent majority adalah kata yang saat ini ramai diperbincangkan di media sosial. Silent majority disebut sebagai salah satu faktor yang mendukung kemenangan pasangan calon 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam hasil hitung cepat Pemilu 2024. 

Seperti diketahui, pemilu serentak 2024 sudah terlaksana pada Rabu, 14 Februari 2024 lalu. Hasil hitung cepat dari berbagai lembaga survei di Indonesia menunjukkan bahwa paslon nomor 02 meraih perolehan suara di kisaran 57-59%. 

Disusul paslon 01 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan kisaran angka 23-25% dan paslon 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan kisaran angka 16-17%. 


Hasil hitung cepat pemilu 2024 ini memunculkan istilah silent majority. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan silent majority

Baca Juga: Ulang tahun Jokowi dan Ahok dirayakan di Kalijodo

Apa itu silent majority? 

Silent majority adalah istilah sekelompok besar orang di suatu negara yang tidak mengungkapkan pendapatnya di depan publik secara terbuka. 

Dalam konteks pemilu 2024, silent majority adalah sekelompok pemilih aktif yang pasif dalam perdebatan publik namun memiliki berkontribusi besar dalam raihan suara suatu paslon. 

Silent majority adalah istilah yang dipopulerkan oleh Presiden AS Richard Nixon dalam pidatonya di televisi pada 3 November 1969. 

Dikutip dari laman Populism Studies, waktu itu, Richard Nixon berkata, "And so tonight — to you, the great silent majority of my fellow Americans — I ask for your support."

Dan malam ini kepada Anda, mayoritas warga Amerika yang diam saya meminta dukungan Anda.”

Baca Juga: Swing voters would be determining

Pada konteks itu, istilah silent majority mengacu pada orang-orang Amerika yang tidak ikut serta dalam demonstrasi besar-besaran menentang Perang Vietnam. 

Nixon percaya, ada kelompok mayoritas di Amerika yang sebenarnya mendukungnya namun suara kelompok tersebut tenggelam oleh media dan kelompok minoritas yang lebih vokal menyuarakan pendapatnya ke publik.

Pada waktu itu, silent majority yang dimaksud oleh Nixon merujuk pada generasi tua (para veteran PD II di AS), generasi muda di wilayah Barat Tengah, Barat, dan Selatan yang mayoritas bertugas di Vietnam. 

Baca Juga: Pemilu Berpotensi Satu Putaran, Apa Efeknya Bagi Rupiah?

Selain itu, silent majority juga sebagian besar berasal dari masyarakat kerah biru berkulit putih yang tidak mengambil bagian aktif dalam politik, pemilih kelas menengah di pinggiran kota dan pedesaan.

Mereka mayoritas mendukung kebijakan konservatif para politisi di AS. Berbeda dengan kelompok minoritas yang vokal yang tidak setuju dengan penarikan seluruh pasukan AS dari Vietnam. 

Maka, Nixon mengucapkan pidato tersebut dan meminta dukungan silent majority untuk mengakhiri perang dengan cara yang memungkinkan AS memenangkan perdamaian.

Baca Juga: Rupiah Hari Ini Diprediksi Menguat, Simak Sentimennya

Silent majority dan pemilu 2024 dalam pemenangan Prabowo-Gibran

Sementara itu, silent majority dalam pemilu 2024 adalah kelompok pemilih pasif dalam perdebatan publik tapi bisa besar raihan suaranya.

Dikutip dari laman Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Brawijaya, Dr Verdy Firmantoro S.I.Kom., M.I.Kom menjelaskan hal tersebut. 

Dia menilai, silent majority berasal dari kalangan grassroot yang mendapatkan bantuan sosial, orang yang merasakan sentuhan sentuhan kesejahteraan pada level bawah.

“Masyarakat kalangan itu yang sebetulnya mampu mempengaruhi suara publik, makanya suara 02 besar,” ungkap Verdy. Dia menyatakan tipologi masyarakat Indonesia sebenarnya tidak siap kalau ada pertarungan demokrasi secara liberal.

Baca Juga: Susul Jepang, Ekonomi Inggris Nyungsep ke Jurang Resesi

“Artinya, ada pertarungan terbuka, saling menyerang, saling berbeda pandangan, saling memberi sentimen yang masyarakat Indonesia tidak terlalu, justru orang yang diberikan sentimen negatif itu malah mendapat pantulan positif,” papar Verdy.

Sehingga, sentimen negatif ke kubu 02 berbuah suara ke masyarakat, karena masyarakat merasa iba atau kasihan.

“Tentu dalam konteks beliau (Prabowo Subianto) sudah 4 kali mencalonkan diri dan inilah yang membuat masyarakat kalangan bawah atau grassroot ingin memberikan kesempatan ke beliau atas perjuangan yang dilakukan,” imbuh Verdy.

Sisi lain, suara-suara kritis yang mengulik kasus di MK relatif dianggap sebagai persoalan elit yang familiar dengan suara kritis dan pertimbangan yang rasional. Namun, tidak tersentuh ke level masyarakat bawah atau grass-root.

Baca Juga: Pemilu Berpotensi Satu Putaran, Apa Efeknya Bagi Rupiah?

Fenomena silent majority juga makin membesar karena politik kontemporer yang dilakukan oleh paslon 02 dengan selebgram dan influencer mampu menggerakkan anak muda dalam menikmati politik itu seolah-olah bagian dari hal yang entertain.

Itu yang akhirnya membuat mereka tertarik dengan figur gemoy, cara-cara yang lebih entertain yang berdampak elektoral bagi bergeraknya anak muda dalam mencoblos. 

Demikian penjelasan mengenai apa itu silent majority yang dianggap menyumbang pada kemenangan paslon nomor 02, Prabowo-Gibran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News