KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah perlu fokus dan ekstra kerja keras agar bisa mengerek pertumbuhan ekonomi yang dalam 10 tahun terakhir terjebak di level 5%. Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto menyampaikan, agar keluar dari jebakan ekonomi 5%, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto harus mengeluarkan kebijakan jangka pendek, tahunan dan jangka menengah. “Game changer untuk mengatasi stagnasi pertumbuhan ekonomi 5%, kita punya Presiden baru yang didalamnya punya asta cita. Ada banyak narasi yang cukup kuat untuk menggambarkan bagaimana kita mencoba untuk menjadi negara maju. Ini hal positif,” tutur Eko dalam agenda diskusi INDEF, Senin (18/11).
Baca Juga: Aprindo Minta Pemerintah Tunda Kenaikan PPN 12%, Ini Alasannya Eko mengatakan, narasi yang cukup kuat tersebut harus diiringi dengan berbagai strategi kebijakan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi bisa keluar dari jebakan 5%. Dalam jangka pendek, 100 hari pemerintahan Prabowo harus mampu memperbaiki daya beli masyarakat. Targetnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga harus diatas pertumbuhan ekonomi. Kemudian, mencegah gelombang pemutusan hubugan kerja (PHK). Atau setidaknya pemerintah tidak membiarkan angka PHK semakin bertambah. Paling mudah yang bisa dilakukan saat ini adalah tidak menaikkan kebijakan administered price, hingga pertumbuhan ekonomi membaik. Terakhir, implementasi makan bergizi gratis bisa dilaksanakan secara efektif dan minim penyimpangan. Selanjutnya, kebijakan dalam tahunan, diantaranya dengan memastikan dukungan likuiditas bagi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan investasi dan menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), serta meningkatkan kinerja sektor industri. “Untuk tumbuh lebih dari 5%, likuiditas di perbankan harus cukup, sehingga mau nggak mau harus mengundang Foreign Direct Investment (FDI). Era SBY pertumbuhan lebih bagus rata-rata 6%, ini didukung dengan pertumbuhan kredit di atas 20%,” kata Eko.