JAKARTA. Ketua Komisi VIII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay menilai, pemerintah belum serius dalam menegakan hukum bagi para pelaku pembakar hutan dan lahan. Menurut Saleh, jika pemerintah serius, seharusnya pihak-pihak yang dinilai bertanggungjawab sudah diumumkan dan penegakan hukum berjalan. Ia melihat, sejauh ini kabar tentang itu masih kabur, yang ada hanyalah janji pemerintah untuk mengumumkannya pada Desember 2015.
"Saya khawatir, isu ini hanya kencang pada saat kebakaran terjadi. Setelah padam, ceritanya juga padam. Tinggal menunggu tahun depan. Jika ada kebakaran lagi, baru ribut lagi," ujar Saleh melalui keterangan tertulisnya, Senin (30/11/2015). Saleh menambahkan, penegakan hukum dinilai penting karena dua alasan. Pertama, dampak kebakaran hutan dan lahan sangat luas dan merusak, bahkan hingga ke negara lain. Kerusakan juga tak hanya terkait lingungan alam, tetapi juga menyangkut tatanan kehidupan sosial. Adapun alasan kedua adalah penegakan hukum dinilai sebagai bagian dari tindakan antisipatif agar kejadian yang sama tak lagi terulang. "Kalau didiamkan, peran negara tidak akan kelihatan. Semestinya ini diprioritaskan. Apalagi saat ini Presiden sedang mengikuti KTT perubahan iklim di Prancis. Kegiatan itu tentu tidak lepas dari isu deforestration (pengrusakan hutan)," tutur politisi Partai Amanat Nasional tersebut. Pada Oktober 2015, Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, pemerintah tak akan mengumumkan perusahaan pelaku pembakar hutan dalam waktu dekat. Sebab, kata dia, banyak pekerja bergantung pada hasil dari perusahaan-perusahaan itu. "Belum sekarang, kita lihat dulu supaya tenang, jangan gaduh dulu karena itu kan terkait lapangan kerja. Kalau kita buka, berapa ratus ribu orang yang akan lay off? Kita biarkan dulu sementara," kata Luhut ketika itu. Berdasarkan data Direktorat Tindak Pidana Tertentu Bareskrim Polri per 22 Oktober 2015, polisi telah menetapkan 247 tersangka pembakar hutan. Dari jumlah itu, terdapat 230 tersangka perorangan dan 17 tersangka korporasi. Tujuh di antara korporasi itu adalah korporasi penyertaan modal asing. Selain itu, masih ada 21 perkara yang masih dalam status penyelidikan dan 104 perkara yang sudah dinaikkan ke tahap penyidikan. Adapun 62 perkara sudah dilimpahkan ke pengadilan untuk disidangkan.
Adapun pengumuman nama-nama perusahaan tersebut ke publik, kata dia, akan dilakukan setelah kebakaran hutan dan kabut asap sudah selesai diatasi. "Sekarang dalam proses restorasi, selesai bulan Desember, akan dibuka," ucap Luhut. (Nabilla Tashandra) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Adi Wikanto