JAKARTA. Penemuan tiga alat penyadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta pada Desember 2013 menimbulkan tanda tanya. Apa motif penyadapan di rumah yang dihuni Joko Widodo dan istrinya itu? "Banyak kemungkinannya," kata pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, kepada Kompas.com, Jumat (21/2/2014). Sebagai kandidat terkuat calon presiden, Jokowi menjadi saingan berat para capres lainnya. Otak di belakang penyadapan itu, kata Siti, bisa jadi mengarah kepada lawan-lawan politiknya. "Tidak menutup kemungkinan, orang yang sedang 'dimedia-darlingkan' oleh rakyat jadi musuh bersama. Apalagi suaranya (Jokowi) tinggi melulu, yang membuat elite-elite lain tidak happy," kata Siti. Kemungkinan motif lainnya, Siti mengatakan, bisa jadi pelaku penyadapan adalah internal PDI-P sendiri. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati publik. Menurut Siti, tak bisa dipungkiri, isu penyadapan membuat rasa simpati publik terhadap PDI-P semakin meningkat. "Apa pun yang menimbulkan animo masyarakat, antusiame masyarakat, demi meningkatkan dukungan publik kepada partai atau elite tertentu, maka itu akan dilakukan," ujar Siti. "Jadi, begitu ada isu-isu yang seksi, isu-isu yang bisa digoreng, makan, akan dijadikan komoditas politik," tambahnya. Kemungkinan lainnya, lanjut Siti, bisa jadi pelaku penyadapan berasal dari pihak asing. Sebab, kata dia, pelaksanaan pemilihan umum Indonesia, terutama pemilihan presiden, pasti akan terkait dengan kepentingan negara lain. Fenomena Jokowi yang selalu muncul di posisi teratas hasil survei sebagai calon presiden terpopuler turut menarik perhatian dari negara-negara asing. "Kita tidak boleh menutup mata, pemilu di mana pun, termasuk di Indonesia, akan berkaitan dengan kepentingan tertentu dari negara-negara tertentu," kata Siti. "Kalau Jokowi apa dampaknya. Begitu juga dengan Prabowo (Subianto) atau bahkan Aburizal Bakrie. Bisa enggak nanti mereka masih akrab dengan Indonesia, atau justru malah mengancam," ujarnya. Tanggapan Jokowi Jokowi yang membenarkan adanya penemuan tiga alat sadap di rumah dinasnya mengaku tak ambil pusing. Terlebih lagi, kejadiannya sudah dari Desember 2013. Menurut Jokowi, tak ada yang istimewa dalam perbincangannya dengan istri. Membahas urusan Jakarta pun tidak ada yang dia tutupi. "Saya sama istri saya ngomong yang ringan-ringan aja. Yang nyadap juga pasti kecewa, ini kok omongannya gini-gini aja," kata Jokowi. Jokowi enggan menduga-duga mengenai motif maupun pihak yang meletakkan alat tersebut. "Memikirkannya pun ndak," ujarnya. Informasi ditemukannya alat sadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pertama kali diembuskan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo. Menurutnya, ada tiga alat yang ditemukan di rumah yang terlatak di Menteng, Jakarta Pusat, itu. Ketiganya masing-masing di dalam kamar tidur, ruang tamu, dan ruang makan. Selain adanya upaya penyadapan, lanjut Tjahjo, partainya juga menemukan fakta adanya tim dari pihak tertentu yang bertugas mencari kelemahan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Tjahjo menuturkan, tim tersebut bergerak sampai ke Kota Solo untuk mencari kesalahan-kesalahan Jokowi selama menjadi Wali Kota Surakarta. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memastikan bahwa alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI bukan milik mereka. Sebab, alat sadap milik Kemenhan tidak digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis seperti itu. "Jadi, saya ingin memastikan institusi pertahanan tidak ada korelasinya dengan apa yang menjadi fenomena penyadapan itu," katanya. Menurutnya, penggunaan alat sadap milik Kemenhan hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih besar, berkaitan masalah kedaulatan. Pernyataan Sjafri tersebut diperkuat dengan keterangan dari Politisi PDI-P, yang kebetulan berlatar belakang militer, Tubagus Hasanuddin. Menurutnya, alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Jokowi adalah alat sadap yang beredar luas di pasaran. (Alsadad Rudi)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Apa motif dibalik penyadapan Jokowi?
JAKARTA. Penemuan tiga alat penyadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta pada Desember 2013 menimbulkan tanda tanya. Apa motif penyadapan di rumah yang dihuni Joko Widodo dan istrinya itu? "Banyak kemungkinannya," kata pengamat politik dari LIPI, Siti Zuhro, kepada Kompas.com, Jumat (21/2/2014). Sebagai kandidat terkuat calon presiden, Jokowi menjadi saingan berat para capres lainnya. Otak di belakang penyadapan itu, kata Siti, bisa jadi mengarah kepada lawan-lawan politiknya. "Tidak menutup kemungkinan, orang yang sedang 'dimedia-darlingkan' oleh rakyat jadi musuh bersama. Apalagi suaranya (Jokowi) tinggi melulu, yang membuat elite-elite lain tidak happy," kata Siti. Kemungkinan motif lainnya, Siti mengatakan, bisa jadi pelaku penyadapan adalah internal PDI-P sendiri. Hal ini dilakukan untuk menarik simpati publik. Menurut Siti, tak bisa dipungkiri, isu penyadapan membuat rasa simpati publik terhadap PDI-P semakin meningkat. "Apa pun yang menimbulkan animo masyarakat, antusiame masyarakat, demi meningkatkan dukungan publik kepada partai atau elite tertentu, maka itu akan dilakukan," ujar Siti. "Jadi, begitu ada isu-isu yang seksi, isu-isu yang bisa digoreng, makan, akan dijadikan komoditas politik," tambahnya. Kemungkinan lainnya, lanjut Siti, bisa jadi pelaku penyadapan berasal dari pihak asing. Sebab, kata dia, pelaksanaan pemilihan umum Indonesia, terutama pemilihan presiden, pasti akan terkait dengan kepentingan negara lain. Fenomena Jokowi yang selalu muncul di posisi teratas hasil survei sebagai calon presiden terpopuler turut menarik perhatian dari negara-negara asing. "Kita tidak boleh menutup mata, pemilu di mana pun, termasuk di Indonesia, akan berkaitan dengan kepentingan tertentu dari negara-negara tertentu," kata Siti. "Kalau Jokowi apa dampaknya. Begitu juga dengan Prabowo (Subianto) atau bahkan Aburizal Bakrie. Bisa enggak nanti mereka masih akrab dengan Indonesia, atau justru malah mengancam," ujarnya. Tanggapan Jokowi Jokowi yang membenarkan adanya penemuan tiga alat sadap di rumah dinasnya mengaku tak ambil pusing. Terlebih lagi, kejadiannya sudah dari Desember 2013. Menurut Jokowi, tak ada yang istimewa dalam perbincangannya dengan istri. Membahas urusan Jakarta pun tidak ada yang dia tutupi. "Saya sama istri saya ngomong yang ringan-ringan aja. Yang nyadap juga pasti kecewa, ini kok omongannya gini-gini aja," kata Jokowi. Jokowi enggan menduga-duga mengenai motif maupun pihak yang meletakkan alat tersebut. "Memikirkannya pun ndak," ujarnya. Informasi ditemukannya alat sadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo pertama kali diembuskan oleh Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo. Menurutnya, ada tiga alat yang ditemukan di rumah yang terlatak di Menteng, Jakarta Pusat, itu. Ketiganya masing-masing di dalam kamar tidur, ruang tamu, dan ruang makan. Selain adanya upaya penyadapan, lanjut Tjahjo, partainya juga menemukan fakta adanya tim dari pihak tertentu yang bertugas mencari kelemahan Gubernur DKI Jakarta tersebut. Tjahjo menuturkan, tim tersebut bergerak sampai ke Kota Solo untuk mencari kesalahan-kesalahan Jokowi selama menjadi Wali Kota Surakarta. Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin memastikan bahwa alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Gubernur DKI bukan milik mereka. Sebab, alat sadap milik Kemenhan tidak digunakan untuk kepentingan-kepentingan praktis seperti itu. "Jadi, saya ingin memastikan institusi pertahanan tidak ada korelasinya dengan apa yang menjadi fenomena penyadapan itu," katanya. Menurutnya, penggunaan alat sadap milik Kemenhan hanya digunakan untuk kepentingan-kepentingan yang lebih besar, berkaitan masalah kedaulatan. Pernyataan Sjafri tersebut diperkuat dengan keterangan dari Politisi PDI-P, yang kebetulan berlatar belakang militer, Tubagus Hasanuddin. Menurutnya, alat sadap yang ditemukan di rumah dinas Jokowi adalah alat sadap yang beredar luas di pasaran. (Alsadad Rudi)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News