Apa Saja Pemicu ADHD dan Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua dengan Anak ADHD?



KONTAN.CO.ID - Attention-Deficit Hyperactive Disorder atau ADHD adalah gangguan pada perkembangan otak anak yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, kontrol diri, kurang konsentrasi, impulsif, dan hiperaktif. 

ADHD adalah suatu gangguan neurobiologi, dan bukan penyakit yang mempunyai penyebab spesifik. ADHD adalah suatu gangguan kronis atau menahun yang dapat dimulai pada masa bayi dan dapat berlanjut sampai dewasa. 

Meski demikian, biasanya gejala ADHD hanya akan menetap hingga remaja dan seiring waktu bisa berkurang di masa dewasa. 


Baca Juga: 3 Penyebab Anak Remaja Suka Menunda-nunda Pekerjaan, Apa Saja?

ADHD jika tidak ditangani dapat menyebabkan anak menjadi kesulitan belajar, konsentrasi, bergaul, hingga memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua. 

Anak yang mengalami ADHD biasanya suka melamun, melupakan atau kehilangan banyak hal, gelisah, atau terlalu banyak bicara. Mereka juga cenderung ceroboh, sulit menahan godaan, dan sulit bergaul dengan orang lain.

Bagi orang tua yang memiliki anak ADHD pun juga bisa mengalami kesulitan dalam kesehariannya. Lantas, apa saja pemicu ADHD dan seperti apa penangannya? 

Baca Juga: Moms Wajib Tahu! Sederet Manfaat Minyak Ikan untuk Kesehatan Anak

Penyebab atau pemicu ADHD

Dirangkum dari laman Gleneagles Singapore, berikut adalah sejumlah penyebab ADHD: 

  • Infeksi otak, trauma kepala dan keracunan timbal.
  • Penggunaan obat, tekanan darah tinggi dan infeksi selama kehamilan.
  • Penyakit turunan.
  • Neurologis (otak) yang tidak seimbang mempengaruhi area yang mengendalikan pemfokusan, perencanaan dan pengorganisasian.
Dikutip dari Kompas.com (6/6/2023), hampir 90 persen ADHD terjadi karena faktor genetik. Psikiatri dari New Yprk, Stephen Faraone mengatakan bahwa sekitar 7000 gen berbeda terlibat dalam risiko ADHD. 

Baca Juga: 5 Faktor yang Menyebabkan Anak Menjadi Hiperaktif, Salah Satunya Stres

Dalam studi yang dilakukannya, Faraone menemukan bahwa risiko ADHD diturunkan dalam keluarga. Anak yang memiliki satu orang tua dengan ADHD juga menderita ADHD. 

Dan ketika kedua orang tua menderita ADHD, risiko anak mengalami ADHD bisa mencapai 33 persen. Akan tetapi, terjadinya ADHD karena gen cenderung kompleks dan tidak bisa terjadi hanya karena kesalahan genetik tunggal. 

Selain gen, faktor lingkungan juga berkontribusi sebagai penyebab ADHD. Meskipun kita memiliki gen pembawa ADHD, risiko penyakit tersebut akan semain besar ketika dikombinasikan dengan faktor lingkungan.

Baca Juga: Anda Kesulitan untuk Konsentrasi? Kenali 6 Penyebab Fokus Menurun Berikut

Gejala ADHD

Pada penderita ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikut ini dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan. 

Nah, dirangkum dari laman Etheses.uin-malang.ac.id, gejala ADHD adalah sebagai berikut:

  • Seringkali gagal memerhatikan detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya. 
  • Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
  • Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung. 
  • Seringkali sulit memahami instruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah maupun di tempat kerja.
  • Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan. 
  • Sulit mengorganisasi tugas.
  • Sering kehilangan barang atau benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya kehilangan permainan, tugas sekolah, pensil, buku, dan alat tulis lainnya. 
  • Seringkali menghindar atau tidak menyukai tugas yang membutuhkan fokus berkepanjangan. 
  • Seringkali bingung atau terganggu oleh rangsangan dari luar. 
  • Sering lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
Baca Juga: Tidak Banyak Diketahui, Ini 10 Manfaat Daun Krokot untuk Kesehatan

Apa yang harus dilakukan orang tua dengan anak ADHD? 

Merawat anak dengan ADHD bisa menjadi situasi yang menantang bagi orang tua. Perilaku impulsif, tak kenal takut, dan kacau yang khas dari anak ADHD dapat membuat aktivitas sehari-hari menjadi melelahkan dan stres.

Meskipun terkadang sulit, penting untuk diingat bahwa anak dengan ADHD tidak dapat menahan perilakunya.

Orang dengan ADHD dapat merasa sulit untuk mengontrol tindakan impulsif mereka dan sulit untuk mempertimbangkan situasi atau konsekuensinya sebelum bertindak.

Baca Juga: Apa Itu ADHD dan Apakah Bisa Disembuhkan? Simak Gejala dan Penyebab ADHD

Dirangkum dari laman National Health Service UK, ini yang bisa Anda lakukan jika memiliki anak ADHD: 

1. Rencanakan kegiatan harian

Buat daftar aktivitas apa saja yang harus dilakukan pada hari itu sehingga anak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Rutinitas tersebut dapat membuat perbedaan pada bagaimana seorang anak dengan ADHD menghadapi kehidupan sehari-hari.

Misalnya, jika anak Anda harus bersiap-siap ke sekolah, bagilah menjadi langkah-langkah terstruktur, sehingga mereka tahu persis apa yang harus mereka lakukan.

Baca Juga: 3 Kategori Anak Berkebutuhan Khusus dan Contohnya yang Perlu Diketahui Orangtua

2. Tetapkan batasan yang jelas

Pastikan semua orang tahu perilaku apa yang diharapkan, dan perkuat perilaku positif dengan pujian atau pemberian hadiah.

Jelaskan kepada anak apa konsekuensi atas tindakan mereka misalnya jika anak kelewat batas melakukan suatu hal maka apa yang akan terjadi atau diterima anak. 

Baca Juga: Anak Memiliki ADHD? Ini 6 Tips Mengasuhnya dengan Tepat

3. Berikan pujian spesifik

Berikan pujian yang spesifik. Puji mereka secara spesifik dengan mengatakan, "Kamu mencuci piring dengan sangat baik. Terima kasih."

Itu lebih baik dibandingkan mengatakan, "Terima kasih telah melakukannya,". Ini akan menjelaskan kepada anak Anda bahwa Anda senang dan mengapa.

Baca Juga: Simak, Ini Beberapa Penyebab Perilaku Agresif pada Anak

4. Memberikan instruksi

Jika Anda meminta anak Anda melakukan sesuatu, berikan instruksi singkat dan spesifik. Dibandingkan bertanya, "Bisakah Anda merapikan kamar tidur Anda?" lebih baik katakan, "Tolong masukkan mainanmu ke dalam kotak dan kembalikan buku ke rak."

Ini memperjelas apa yang perlu dilakukan anak dan menciptakan peluang untuk pujian ketika mereka melakukannya dengan benar.

Baca Juga: Apa Itu Avoidant Personality Disorder? Kenali Tanda dan Penyebabnya!

5. Skema insentif

Siapkan skema insentif atas perilaku baik mereka menggunakan poin atau bintang. Misalnya, berperilaku baik saat berbelanja akan memberi anak waktu di depan komputer atau semacam permainan.

Libatkan anak untuk memilih insentif apa yang akan didapat.

Baca Juga: Anak Memiliki ADHD? Ini 6 Tips Mengasuhnya dengan Tepat

6. Intervensi lebih awal

Perhatikan tanda-tanda atau gejala ADHD. Misal, anak Anda terlihat frustrasi, terlalu terstimulasi, dan hampir kehilangan kendali diri, maka lakukan campur tangan. 

Alihkan perhatian anak Anda, jika memungkinkan, dengan menjauhkan mereka dari situasi tersebut. Hal ini mungkin dapat menenangkan mereka.

Baca Juga: Sederet Manfaat Bermain di Alam untuk Anak-anak, Positif Banget!

7. Situasi sosial

Pertahankan situasi sosial yang dapat membuat anak Anda nyaman. Misal, saat anak Anda bermain dengan temannya maka jaga jangan sampai kehilangan kendali diri.  

Jangan ajak anak bermain saat merasa lelah atau lapar, seperti setelah seharian di sekolah.

Baca Juga: 5 Manfaat Yoga untuk Kesehatan Mental, Salah Satunya Meningkatkan Kesabaran

8. Aktivitas fisik

Pastikan anak Anda mendapat banyak aktivitas fisik di siang hari. Berjalan, melompat-lompat, dan berolahraga dapat membantu anak Anda kelelahan dan meningkatkan kualitas tidurnya.

Pastikan mereka tidak melakukan sesuatu yang terlalu berat menjelang waktu tidur.

Baca Juga: Hindari 4 Bahan Skincare Berbahaya Ini yang Bisa Memperburuk Kesehatan Kulit

9. Makan

Perhatikan apa yang dimakan anak Anda. Jika anak Anda hiperaktif setelah makan makanan tertentu, yang mungkin mengandung aditif atau kafein, catatlah hal ini dan diskusikan dengan dokter.

10. Waktu tidur

Tetap konsisten pada rutinitas tidur. Pastikan anak Anda tidur pada waktu yang sama setiap malam dan bangun pada waktu yang sama di pagi hari.

Hindari aktivitas bermain komputer atau menonton TV sebelum tidur.

Baca Juga: Simak, Ini 6 Tips Mengasuh Anak yang Memiliki ADHD

Apakah ADHD bisa disembuhkan? 

Apakah ADHD bisa disembuhkan menjadi pertanyaan umum bagi orang tua yang memiliki anak ADHD. 

Dirangkum dari laman Yayasan Suryakanti, ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Sebab, ADHD bukan suatu penyakit, melainkan gangguan. 

Namun, pengobatan yang diberikan dapat mengurangi gejala ADHD dan mendukung anak untuk menjalani aktivitas normal. 

Baca Juga: Hindari 4 Bahan Skincare Berbahaya Ini yang Bisa Memperburuk Kesehatan Kulit

Dikutip dari Kompas.com (7/6/2022), penanganan ADHD yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi adalah kombinasi pengobatan dan terapi perilaku. 

Merawat pasien ADHD tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dan harus melibatkan semua orang di sekitar pasien tersebut, seperti keluarga, guru, dan teman-teman. 

Selain itu, menjaga kesehatan fisik dan mental juga terbukti bisa membantu mengurangi gejala ADHD. 

Demikian informasi mengenai ADHD, penyebab ADHD, gejala ADHD, serta apakah ADHD bisa disembuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News