Apakah ada Jokowi efek tahap dua di bursa?



JAKARTA. Pemilihan Umum Legislatif di Tanah Air berjalan aman dan lancar. Dari hasil hitung cepat alias quick count Kompas, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan menempati posisi wahid, disusul oleh Golkar dan Gerindra.

Hasil perhitungan suara inilah yang bakal menggerakkan pasar dalam jangka pendek. Unggulnya PDI-P di Pileg diprediksi analis bisa melanjutkan "Efek Jokowi" yang terjadi pertengahan Maret lalu.

Analis Recapital Securities, Agustini Hamid bilang, dari respons pasar belakangan ini, boleh dibilang Joko Widodo alias Jokowi merupakan kandidat presiden yang diterima oleh pasar (market friendly).


Pasar akan menunggu, apakah PDI-P bisa melewati batas presidential tresholds. Dari hasil hitung cepat Kompas, PDI-P unggul dengan persentase sebesar 19,31%.

"Tidak menutup kemungkinan bisa mencapai 20%. Namun jika tak sampai presentase itu, pasar masih akan optimistis peluang Jokowi menjadi presiden cukup besar," ujarnya, Rabu (9/4).

Berkaca dari pergerakan IHSG pada saat Jokowi dicalonkan sebagai capres PDI-P, respons dari investor asing cukup besar. Menurut Agustini, pasar saat ini menilai jika Jokowi lolos sebagai calon presiden, cost atau biaya yang dikeluarkan dalam Pemilu bakal lebih efisien.

"Pasar akan bergerak positif, karena investor asing pun berharap, apabila capres terpilih merupakan orang yang pro ke pasar, biaya yang dikeluarkan untuk pemilu tidak besar karena bisa satu putaran," kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri