Apakah di 2020 akan terjadi api dan amarah jilid 2 antara AS dengan Korut?



KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Korea Utara membuat Pentagon dan seluruh dunia dalam keadaan siaga ketika mereka memberikan peringatan pada awal bulan ini untuk memberikan "hadiah Natal" ke AS.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mungkin berencana untuk memberinya "hadiah yang bagus" seperti "vas yang indah" untuk Natal daripada peluncuran rudal.

"Mungkin ini adalah hadiah di mana dia mengirimi saya vas yang indah sebagai lawan dari tes rudal," kata Trump. "Saya mungkin mendapat hadiah bagus darinya. Anda tidak tahu. Anda tak pernah tahu."


Baca Juga: Trump menyatakan akan meneken kesepakatan dagang dengan Presiden China Xi Jinping

Namun, melansir South China Morning Post, citra satelit baru dari area tempat Korea Utara membuat peralatan militer untuk meluncurkan rudal jarak jauh menunjukkan struktur baru.

Di New York, juru bicara PBB Stephane Dujarric mendapatkan pertanyaan apakah Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres memiliki pesan untuk Kim pada Malam Natal tentang "hadiah Natal."

“Pesan kami adalah kepemimpinan Republik Rakyat Demokratik Korea untuk bekerja demi perdamaian dan stabilitas di semenanjung Korea dan untuk melanjutkan pembicaraan tingkat kerja dengan Amerika Serikat. Keterlibatan diplomatik adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian berkelanjutan dan denuklirisasi lengkap dan denuklirisasi semenanjung Korea yang dapat diverifikasi,” kata Dujarric kepada South China Morning Post.

Baca Juga: Malam Natal kelabu di Hong Kong: Bentrokan pecah, polisi tembakkan gas air mata

Janji hadiah Natal Pyongyang terjadi pada saat pemimpin Korea Utara Kim Jong-un bersumpah akan membawa kemakmuran ekonomi ke negara itu. Namin hingga saat ini tidak ada tanda-tanda akan terwujud. Analis mengatakan Pyongyang hanya memiliki beberapa opsi tahun depan.

Strategi Korea Utara pada tahun 2020, kata mereka, akan terlihat lebih seperti pada tahun 2017 daripada sejak Kim mulai bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada tahun 2018.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie