Apakah September berpeluang deflasi?



JAKARTA. Puncak inflasi tahun 2012 sudah terjadi pada Agustus lalu. Alhasil, ekonom memprediksi inflasi September bakal melandai, dan membuka peluang terjadinya deflasi pada bulan berikutnya. Hal ini disampaikan oleh Ekonom BCA David Sumual akhir pekan lalu.

David menyebutkan, tekanan inflasi sudah mulai berkurang. Normalisasi harga pangan pasca puasa dan Lebaran membuat angka inflasi September jadi melandai. Ia bahkan melihat ada penurunan harga untuk beberapa produk pangan yang bisa membuat deflasi. " September ini kisaran bisa 0,1% atau inflasi hanya sampai 0,2%," ujarnya.

Faktor lain yang menurunkan inflasi adalah stabilitas nilai tukar. Menurutnya, pergerakan nilai tukar selama satu bulan terakhir tidak banyak berubah ketimbang sebulan sebelumnya. Ekonom lainnya, yaitu Lana Soelistyaningsih juga sependapat dengan David.


Dalam hitungannya, inflasi September bakal ada di kisaran 0,32% saja dengan inflasi tahunannya sebesar 4,54%. Lana menuturkan, penurunan harga barang kebutuhan pokok memiliki kontribusi rendahnya terhadap inflasi September ini.

"Dampak arus balik Lebaran masih terasa di awal September, sehingga masih ada kenaikan kecil seperti di sektor rekreasi dan transportasi," katanya Minggu (30/9).

Sementara aitu, Ekonom Danamon Anton Gunawan dalam laporannya memperkirakan, inflasi September bisa turun jadi 0,1%. Sehingga, inflasi tahunan terkerek turun menjadi 4,31%.

Menurutnya, penurunan harga kebutuhan pokok terutama harga daging ayam dan cabai merah memiliki kontribusi turunnya inflasi September. Adanya deflasi itu, kata Anton, memungkinkan inflasi tahunan bertengger di angka 4,5% plus minus 1% bakal tercapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri