KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki pekan berlangsungnya Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, pasar obligasi Indonesia dalam tren yang positif. Sejumlah analis pun menilai, pasar obligasi domestik akan baik-baik saja terlepas dari apapun keputusan BI nanti. Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga mengatakan, agenda RDG BI menjadi sentimen yang cukup dicermati oleh para pelaku pasar. Ini mengingat ada ekspektasi bahwa BI akan menurunkan suku bunga acuan atau BI-7 Day Reverse Repo Rate di bulan ini. Ekspektasi tersebut diperkuat oleh membaiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia, seperti data neraca dagang di bulan Juni yang kembali surplus sebesar US$ 200 juta. Kurs rupiah pun berhasil meninggalkan area Rp 14.000 per dollar AS pada hari ini.
Dengan begitu, Desmon yakin apabila BI jadi memangkas suku bunga acuan saat RDG nanti, pasar obligasi Indonesia akan semakin bullish. “Probabilitas yield SUN 10 tahun untuk turun di bawah level 7% makin terbuka dalam waktu dekat,” ujar Desmon, Senin (15/7). Asal tahu saja, per hari ini yield SUN 10 tahun kembali menembus level terendahnya di tahun 2019 yakni 7,08% menurut data Bloomberg. Pasar juga tergolong kondusif seiring keberhasilan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mencapai level tertinggi yaitu 265,56. Di sisi lain, Desmon menilai, pasar obligasi Indonesia masih akan stabil kalaupun BI kembali menahan suku bunga acuan di level 6% dan menunggu keputusan pasti dari Federal Reserve. Skenario seperti ini dianggap masih sejalan dengan ekspektasi para pelaku pasar. Apalagi, The Fed juga terus diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuan AS dalam waktu dekat. Sentimen ini pun sudah cukup membuat pasar obligasi berada dalam arah yang positif. Pengamat Pasar Modal, Anil Kumar menambahkan, berbekal banyaknya sentimen positif dari eksternal dan internal, BI sebenarnya punya kesempatan untuk memangkas suku bunga acuan. Namun, hal ini bukan berarti BI harus mendahului The Fed yang notabene baru menggelar rapat FOMC di akhir bulan nanti. “Jika suku bunga acuan kembali ditahan, artinya BI menginginkan stabilitas. Ini tetap berefek positif bagi pasar obligasi,” ungkap Anil, hari ini (15/7).