APBI: Kenaikan Harga Minyak Bisa Pengaruhi Konsumsi Ban di Dalam Negeri



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) angkat bicara terkait efek tren kenaikan harga minyak dunia terhadap industri ban di dalam negeri.

Mengutip trading economics, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di level US$ 91,02 per barrel pada Senin (2/10) pukul 16:30 WIB. Harga minyak dunia naik 5,70% dalam sebulan terakhir dan telah melonjak 9,82% sejak awal tahun (year to date).

Ketua APBI Aziz Pane mengaku efek langsung kenaikan harga minyak dunia terhadap biaya produksi dan operasional produsen ban belum terasa hingga saat ini. Namun, APBI mengkhawatirkan bahwa tingginya harga minyak akan berdampak signifikan ke konsumen akhir.


Baca Juga: Perlambatan Ekonomi Global Pengaruhi Bisnis Ban Bridgestone Tire Indonesia

Maklum, kenaikan harga minyak mentah dunia bisa diikuti oleh penyesuaian harga pada produk BBM non subsidi di dalam negeri. Hal ini ujung-ujungnya akan mempengaruhi konsumsi ban nasional, karena masyarakat lebih memprioritaskan konsumsinya untuk kebutuhan pokok.

“Penjualan ban akhir-akhir ini sangat seret. Boleh jadi ini karena naiknya harga bensin,” ujar Aziz, Senin (2/10).

Selain konsumsi masyarakat yang tertekan oleh naiknya harga BBM, industri ban Indonesia juga menghadapi tantangan oleh banyaknya impor ban dari China. Tak sedikit ban yang datang dari luar negeri berstatus sebagai produk ilegal.

Walau tidak menyebut besaran volumenya secara rinci, Aziz bilang bahwa ban-ban hasil impor ilegal ini masuk ke Batam dan Pekanbaru untuk kemudian disebarkan ke berbagai wilayah Tanah Air. 

Baca Juga: Tingkatkan Penjualan Ban, Begini Strategi Michelin Indonesia

“Kalau ini berlangsung terus, kelihatannya kondisi industri ban akan bertambah suram,” imbuh dia.

Beruntung sampai saat ini belum ada pengurangan jumlah karyawan di pabrik-pabrik ban Indonesia. Namun, bila pemerintah tidak segera turun tangan mengatasi masalah banjirnya impor ban ilegal, maka industri ban nasional akan semakin tertekan pada masa mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi