JAKARTA. Tertundanya pengiriman batubara untuk PT PLN (Persero) oleh para pemasoknya merupakan hal yang biasa dan terjadi setiap tahunnya. Ketua Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI), Bob Kamandanu mengatakan, saat ini banyak wilayah pertambangan batubara yang terkena dampak El- Nino. Ia mengakui, saat ini suplai batubara beberapa perusahaan akan terpengaruh dengan adanya cuaca tersebut. Namun, meski begitu, ketika musim hujan ini usai, banyak perusahaan batubara yang mampu mengejar target produksi tersebut.“Sekarang memang ada masalah El Nino di mana cuaca hujan sedang begitu lebatnya yang diluar kontrol. Dari tahun ke tahun selalu ada masalah ini, tiap tahun bukan masalah baru. Awal tahun ini basah, kuartal ke II kering, kuartal III basah lagi dan kuartal ke IV nanti akan kering kembali,” kata Bob.Meski produksi sedikit terganggu, Bob membantah ini terjadi di semua perusahaan batubara. Menurut Bob, tak semua perusahaan mengalami penurunan produksi batubara. Berdasarkan data yang dimilikinya, hingga saat ini, produksi batubara cukup bagus dan sesuai target. “Jadi tidak semua perusahaan mengalami masalah dengan produksi batubara. Tetapi memang banyak perusahaan di Kalimantan terdapat masalah hujan,” kata Bob.Beberapa perusahaan yang juga memasok batubara ke PLN antara lain PT Arutmin Indonesia, PT Darma Henwa, dan PT Surya Sakti Darma Kencana. Total pasokan batubara untuk kebutuhan PLN dari perusahaan tambang di Kalsel lebih dari 15 Juta ton/tahun.Sebelumnya, PLN mengaku stok batubara untuk pembangkit-pembangkitnya kian menipis. Idealnya, batubara disiapkan untuk pembangkit untuk 30 hari; namun stok yang ada saat ini hanya memadai untuk 10 hari saja. Menurut Direktur Energi Primer PLN, Nur Pamuji, stok batubara menyusut lantaran banyak perusahaan pertambangan batubara yang tidak dapat memasok batubara sesuai dengan kontrak. “Perusahaan yang memasok tidak dapat memenuhi komitmennya. Pembangkit yang kekurangan batubara adalah pembangkit 10.000 Megawatt (MW) seperti Suralaya, Labuan dan Indramayu,” kata Nur Pamuji.Lantaran suplai batubara seret, maka perusahaan-perusahaan itu akan kena sanksi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
APBI: produsen batubara akan penuhi suplai untuk PLN
JAKARTA. Tertundanya pengiriman batubara untuk PT PLN (Persero) oleh para pemasoknya merupakan hal yang biasa dan terjadi setiap tahunnya. Ketua Asosiasi Perusahaan Batubara Indonesia (APBI), Bob Kamandanu mengatakan, saat ini banyak wilayah pertambangan batubara yang terkena dampak El- Nino. Ia mengakui, saat ini suplai batubara beberapa perusahaan akan terpengaruh dengan adanya cuaca tersebut. Namun, meski begitu, ketika musim hujan ini usai, banyak perusahaan batubara yang mampu mengejar target produksi tersebut.“Sekarang memang ada masalah El Nino di mana cuaca hujan sedang begitu lebatnya yang diluar kontrol. Dari tahun ke tahun selalu ada masalah ini, tiap tahun bukan masalah baru. Awal tahun ini basah, kuartal ke II kering, kuartal III basah lagi dan kuartal ke IV nanti akan kering kembali,” kata Bob.Meski produksi sedikit terganggu, Bob membantah ini terjadi di semua perusahaan batubara. Menurut Bob, tak semua perusahaan mengalami penurunan produksi batubara. Berdasarkan data yang dimilikinya, hingga saat ini, produksi batubara cukup bagus dan sesuai target. “Jadi tidak semua perusahaan mengalami masalah dengan produksi batubara. Tetapi memang banyak perusahaan di Kalimantan terdapat masalah hujan,” kata Bob.Beberapa perusahaan yang juga memasok batubara ke PLN antara lain PT Arutmin Indonesia, PT Darma Henwa, dan PT Surya Sakti Darma Kencana. Total pasokan batubara untuk kebutuhan PLN dari perusahaan tambang di Kalsel lebih dari 15 Juta ton/tahun.Sebelumnya, PLN mengaku stok batubara untuk pembangkit-pembangkitnya kian menipis. Idealnya, batubara disiapkan untuk pembangkit untuk 30 hari; namun stok yang ada saat ini hanya memadai untuk 10 hari saja. Menurut Direktur Energi Primer PLN, Nur Pamuji, stok batubara menyusut lantaran banyak perusahaan pertambangan batubara yang tidak dapat memasok batubara sesuai dengan kontrak. “Perusahaan yang memasok tidak dapat memenuhi komitmennya. Pembangkit yang kekurangan batubara adalah pembangkit 10.000 Megawatt (MW) seperti Suralaya, Labuan dan Indramayu,” kata Nur Pamuji.Lantaran suplai batubara seret, maka perusahaan-perusahaan itu akan kena sanksi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News